30 March 2017

Bagaimana Orang Beriman Memandang Kehidupan Dunia


Bagaimana Orang Beriman Memandang Kehidupan Dunia

Kehidupan dunia berikut kekayaannya, yang tak berharga dan yang amat kecil itu, memang sengaja dijadikan indah oleh Allah di mata orang-orang kafir. Demikian indahnya, sehingga mereka terpesona, enggan meninggalkannya, dan enggan melihat lebih jauh kepada hal-hal yang berada di belakangnya. Mereka tidak mengetahui nilai-nilai selain nilai duniawiyah itu.

Orang yang terpagar oleh ruang lingkup kehidupan duniawi ini, konsepsinya tidak mungkin dapat menjangkau kepentingan luhur yang disandang oleh seorang mukmin. Mereka tidak akan mampu menatap wawasan yang lebih jauh.

Seorang mukmin sering menganggap kecil kekayaan duniawiyah. Ini bukan karena mereka tidak merasa berkepentingan terhadapnya, juga bukan karena mereka bersikap vatalis yang tak ingin mengembangkan kehidupan. Akan tetapi, selain karena melakukan tugas sebagai khalifah di muka bumi, juga karena memandang “ kehidupan dunia” dari “atas mizan(tolok ukur) Allah”.

Orang-orang kerdil seperti orang-orang kafir yang tenggelam dalam lumpur kehidupan duniawi itu memandang orang-orang beriman secara skeptis. Mereka memandang orang-orang beriman itu seakan menganggap kecil kehidupan dunia dan menjauhi harta kekayaan.

Orang-orang kafir itu juga melihat orang-orang beriman hidup merana, berada dalam kesulitan, dan bahkan menolak kelezatan hidup dunia yang justru dianggap kecil oleh orang-orang beriman karena adanya tujuan yang lebih luhur.

Orang-orang kafir melihat semua itu bahwa orang-orang beriman adalah orang-orang hina dan gembel. Mereka tidak mengetahui rahasia dan cita-cita orang mukmin yang mulia. Oleh karenanya, wajar saja bila mereka memandang orang-orang mukmin itu hina, baik keadaanya, konsepsinya, maupun cara hidup yang ditempuhnya.

Mereka lupa bahwa mizan(tolok ukur) yang mereka pakai itu bukan mizan yang hak. Dalam menilai orang-orang mukmin, mereka menggunakan mizan dunia, mizan jahiliyah. Padahal mizan yang haq itu berada di tangan Allah. Allah melebihkan bobot mizan orang beriman menurut mizanNya.

Itulah mizan yang haq, yang ada di sisi Allah. Dengan demikian orang-orang mukmin mengetahui secara jelas arti nilai hakiki mereka dalam timbangan Allah. Yang penting, orang-orang mukmin harus maju terus tanpa perduli pada kedunguan orang-orang yang dungu. Kita tak perlu ambil pusing terhadap hinaan siapapun dan penilaian yang diberikan oleh orang-orang kafir.

Orang-orang beriman jelas lebih mulia dalam pandangan Allah di hari kiamat kelak. Mereka lebih mulia menurut kesaksian Allah Yang Maha Adil ketetapan hukumNya.

Allah melimpahkan kepada orang-orang beriman apa yang terbaik untuk mereka. Allah akan mencukupi seluruh rezeki mereka, dan menganugerahkan apa yang dipilihkan-Nya untuk mereka, baik di dunia maupun di akhirat sesuai dengan apa yang di pandangNya baik bagi mereka.

Allah adalah zat Yang Maha Memberi, Maha Menganugerahi nikmat kepada siaapa yang dikehendakinya, Allah melimpahkan Rahmat-Nya kepada orang yang dikehendakiNya. Diberikan-Nya sendiri semua itu tanpa ada orang yang bisa menilai apa yang dianugerahiNya. Di samping itu, seringkali karena adanya hikmat tertentu, Allah juga memberikan kenikmatan duniawi kepada orang-orang kafir. Namun apa yang diberikan-Nya kepada mereka tersebut tak ada istimewanya sama sekali. Allah memberikan kenikmatan kepada siapa saja yang dikehendakiNya dan yang dipilihNya, baik kenikmatan duniawi maupun ukhrawi. Semua anugrah itu datang dari sisi Allah semata, dan apa yang dipilihkan-Nya untuk orang-orang pilihan itu adalah suatu anugrah yang kekal dan mulia.

Kehidupan selamanya akan diwarnai oleh dua model manusia ini, yakni kelompok orang-orang beriman yang menerima nilai-nilai, mizan dan konsepsi Allah SWT (yang selanjutnya membebaskan mereka dari kekejian dan kekayaan dunia serta tujuan-tujuan remeh), dan sekelompok manusia yang menjadiakn kehidupan dunia indah di dalam pandangannya, sehingga mereka tak segan-segan menghambakan diri demi kekayaan dan nilai-nilainya (karena itu kepentingan dunia selalu menjeratnya).

Dari tempat yang tinggi, kaum muslimin selalu bisa menyaksikan orang yang terperosok itu, betapapun banyaknya harta dan kekayaan yang mereka miliki. Sementara orang-orang kafir merasa bahwa diri mereka telah dianugerahi kenikmatan-kenikmatan. Bahkan menurut pandangan mereka, orang mukmin adalah orang yang tidak mampu memperoleh kelezatan dunia tersebut,. Oleh karena itu mereka terkadang tak segan-segan menindas kaum mukmin, dan dalam kesempatan lain memandang hina, padahal sebenarya mereka sendirilah yang justru paling berhak menduduki kehinaan.

Sumber :
Hidup Damai Dalam Islam - Sayyid Quthb

Read More

Ummu Aiman : Sang Pengasuh Rasulullah SAW

Ummu Aiman : Sang Pengasuh Rasulullah SAW

Ummu Aiman adalah salah seorang wanita yang mengasuh dan menemani kekasih serta junjungan kita, Rasulullah saw, yang menemani beliau saat-saat sulit yaitu ketika beliau menjalani hidup sebagai anak yatim yang saat ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib meninggal dunia saat Rasulullah masih berada dikandungan. Kemudian selang beberapa waktu setelah itu saat Rasulullah saw berumur enam tahun ibunda tercinta, Aminah binti Wahab juga harus pergi menghadap kepada sang khalik. Ummu Aiman yang melihat Rasulullah saw menangis dipusaran sang ibunda tercinta tak tega melihatnya, lalu mendekatinya dan memeluknya.

Ummu Aiman atau yang memiliki nama asli Barakah binti Tsa’labah adalah seorang pembantu Sayyidah Aminah ibunda Rasulullah saw, yang membantu dalam mengasuh Rasulullah saat kecil.
Suatu ketika Sayyidah Aminah pergi mengunjungi keluarganya di Yatsrib (Madinah) dengan mengajak serta putra tercinta, Muhammad saw dan pembantunya, Ummu Aiman. Namun ditengah perjalanan kembali dari Yatsrib , Sayyidah Aminah mendadak jatuh sakit, tepatnya disebuah daerah dekat Mekah yang dikenal dengan nama al- Abwa’. Hal ini menyebabkan Sayyidah Aminah tidak mampu melanjutkan perjalanan pulang hingga akhirnya ia meninggal dunia dan jenazahnya pun dimakamkan di tempat tersebut. Tidak ada jalan lain bagi Ummu Aiman kecuali harus membawa putra Sayyidah Aminah yang sedang berduka kembali ke Mekkah dan membawanya ke rumah sang kakek, Abdul Muthalib. Di hadapan Abdul Muthalib, Ummu Aiman menceritakan apa yang telah terjadi pada diri Sayyidah Aminah. Lalu, Abdul Muthalib meminta Ummu Aiman agar bersedia tinggal di rumahnya untuk merawat dan mengasuh putra Sayyidah Aminah seperti yang sebelumnya ia lakukan ketika sayyidah Aminah masih hidup.

Lalu, Ummu Aiman pun merawat dan mengasuh Muhammad kecil dengan sangat baik. Bahkan ia berusaha untuk mampu menggantikan posisi Sayyidah Aminah bagi putranya, Muhammad kecil. Ummu Aiman berusaha agar Muhhamad kecil merasa seolah-olah tidak kehilangan ibunda dan berusaha agar beliau tidak segan-segan memanggil dirinya dengan panggilan ‘Ibunda’. Hingga Rasulullah saw pernah berkata tentang Ummu Aiman, ‘ Ia, maksudnya Ummu Aiman adalah salah satu Ahlul Baitku yang tersisa.

Lalu tibalah masa Rasulullah menikah dengan Sayyidah Khadijah binti Khuwailid. Ummu Aiman pun merasa tenang, karena Rasulullah saw  yang sebelumnya ia asuh sekarang telah berada di bawah asuhan dan perlindungan seorang wanita terhormat yang memiliki sebuah kedudukan yang belum pernah mampu diraih oleh para wanita Quraisy lainnya. Oleh karena itu, Ummu Aiman pun memutuskan untuk menikah dan  mengambil bagian dari kehidupan dunia ini. Waktu itu laki-laki yang datang memingangnya adalah Ubaid bin Zaid dari bani Harits bin al-Khazraj. Ummu Aiman pun menerima pinangan tersebut dan bersedia menikah dengannya setelah sebelumnnya ia meminta izin dan restu terlebih dahulu dari Rasulullah saw dan beliau pun menyambut gembira pernikahan Ummu Aziman tersebut dan memberkahinya. Ummu Aiman pun menikah dengan Ubaid bin Zaid dan dikaruniai anak bernama Aiman.

Allah swt menurunkan risalah Islam kepada Rasul-Nya, Muhammad saw dan memerintahkan untuk menyebarkannya secara diam-diam. Setelah beberapa waktu beliau menyebarkan Islam secara diam-diam, akhirnya Allah swt memerintahkan  agar beliau menyebarkan secara terang-terangan. Ummu Aiman dan suaminya pun masuk Islam dan bangsa Quraisy mulai mengganggu dan menyakiti siapa saja yang berani meninggalkan agama nenek moyangnya dan menjadi pengikut agama baru yang dibawa oleh Rasulullah saw. Tatkala sikap permusuhan bangsa Quraisy terhadap kaum muslimin sudah mencapai puncaknya, Rasulullah saw mengizinkan  kepada kaum Muslimin untuk hijrah ke tanah Yatsrib setiap ada kesempatan, dengan cara menyelinap pada malam hari. Hal ini dikarenakan waktu itu bangsa Quraisy memang sengaja mengurung dan menyiksa para hamba sahaya mereka yang berani masuk Islam dengan tujuan agar mereka kembali lagi ke agama mereka semula.

Pada suatu hari tatkala cuaca sangat panas, Ummu Aiman yang saat itu sedang berpuasa memutuskan untuk pergi hijrah ke Madinah al-Munawwarah. Waktu itu Ummu Aiman pergi memulai perjalanannya tanpa membawa bekal apapun. Di tengah perjalana, udara panas mulai membuatnya lemah dan rasa haus yang amat sangat mulai menyerang dirinya, ketika sampai di daerah yang bernama ar-Rauha’ (daerah yang terletak antara Mekah dan Madinah) ia sudah tidak memiliki kekuatan lagi karena kelelahan akhirnya ia berhenti da tertidur. Di tengah-tengah tidurnya, tiba-tiba ada sebuah timba yang dijulurkan dari atas langit dengan menggunakan tambang warna putih hingga berada tepat di atas dadanya. Melihat hal tersebut, Ummu Aiman langsung meraih timba tersebut dan meminumnya hingga puas. Lalu sejak saat itu pada musim panas Ummu Aiman berpuasa dengan tujuan agar bisa merasakan haus, namun rasa haus ternyata tida pernah lagi ia rasakan.

Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, diantara orang yang menyambut kedatangan beliau adalah keluarga Ummu Aiman dan kaum Muslimin yang terlebih dahulu hijrah ke Madinah. Kaum muhajiriin bersama-sama dengan para saudara mereka dari kaum Anshar bahu-membahu ikut berpartisipasi dalam pembangunan Masjid Nabawi. Mereka selalu memenuhi panggilan Rasulullah untuk berjihad demi meraih salah satu kebaikan: mendapat kemenangan atau mendapatkan mati syahid. Pada perang Khaibar, Ubaid bin Zaid beserta kaum Muslimin yang lain ikut pergi bersama Rasulullah untuk memerangi kaum Yahudi dan mengusir mereka dari tanah Khaibar, karena mereka telah melakukan pengkhianatan  terhadap kaum Muslimin. Sedangkan Ummu Aiman ikut berperang untuk mengobati para tentara Islam yang terluka dan memberi minum kepada mereka yang kehausan dan mempersipakan makanan bagi para prajurit. Peperangan Khaibar pun berakhir dengan kemenangan di kaum Muslimin.Lalu, Ummu Aiman pergi mencari suaminya, namun beliau tidak menemukannya karena Ubaid termasuk salah satu prajurit yang mendapat syahid pada peperangan tersebut. Dengan kesyahidan suaminya tersebut, Ummu Aiman menjadi janda.

Rasulullah saw turut berbela sungkawa atas musibah yang sedang menimpa Ummu Aiman, beliau pun pergi mengunjunginya untuk menghibur hatinya yang sedang terluka. Tidak hanya sekali, akan tetapi berulang kali dan Ummu Aiman pun tidak mampu untu menyembunyikan kesedihan hatinya. Pada suatu ketika, tatkala Rasulullah saw sedang duduk bersama para sahabat yang mulia, beliau teringat Ummu Aiman, lalu beliau bersabda, ‘Barangsiapa ingin menikah dengan seorang wanita dari penduduk surga, maka nikahilah Ummu Aiman.’

Zaid bin Haritsah yang telah menceraikan istrinya Zainab binti Jahsy, putri bibi Rasulullah saw setelah keduanya tidak mungkin lagi untuk bersatu. Ketika Zaid bin Haritsah mendengar sabda Rasulullah saw tersebut di dalam hatinya langsung muncul tekad untuk mendapatkan kemuliaan menikah dengan Ummu Aiman. Perlu dikatahui Ummu Aiman bukanlah wanita yang memiliki kecantikan, akan tetapi sebaliknya, ia adalah seorang wanita berkulit hitam dan berhidung pesek. Namun didalam dirinya ada dua hal yang sangat menggiurkan setiap orang untuk bisa hidup bersamanya, yaitu namanay, Barakah dan nama julukan kuniahnya yaitu Ummu Aiman. Barakah yaitu berkah, dan Ummu Aiman yaitu ibu orang yang diberkahi.

Lalu menikahlah Ummu Aiman dengan Zaid bin Haritsah dan dikaruniahi anak bernama Usaman. Kemudian pada perang Mu’tah Zaid bin Haritsah menjadi salah satu panglima perangnya, karena pada perang Mu’tah Rasulullah menunjuk tiga panglima perang yaitu yang pertama Zaid bin Haritsah, kedua Ja’far bin Abi Thalib, dan yang ketiga yaitu Abdullah bin Rawahah. Dengan tujuan ketika panglima yang pertama meninggal maka digantika dengan panglima kedua, dan jika panglima kedua meninggal makan digantikan dengan panglima ketiga. Dan pada saat itu semua panglima mendapatkan mati syahid. Dengan begitu Ummu Aiman menjadi janda untuk yang kedua kalinya.

Pada waktu selanjutnya, Aiman -anak pertama dari suami yang pertama- turut serta bersama Rasulullah saw dalam perang Hunain. Pada perang tersebut Aiman mengikuti jejak sang ayah yaitu syahid di medan pertempuran. Dalam menghadapi cobaan yang bertubi-tubi tersebut Ummu Aiman menerima dengan penuh kesabaran atas ketetapan Allah swt. Ummu Aiman mampu tetap tabah dan sabar menghadapi itu semua berkat keimanannya yang tertanam kuat di hati yang tidak pernah goyah sedikitpun , serta kesabaran yang ditanamkan oleh Rasulullah saw di dalam hatinya.

Sumber :
The Power of Women – Muhammad Khairu Tha’mah Halabi
Read More

23 March 2017

Fungsi Pakaian Dalam Islam


Fungsi Pakaian Dalam Islam

Qur’an surat Al-A’raf ayat 26 yang tertera dalam al-Qur’an menjelaskan tentang fungsi pakaian, yaitu untuk menutup aurat, dan sebagai perhiasan. Q.S al-Nahl ayat 81 menjelaskan bahwa fungsi pakaian adalah untuk perlindungan. Sedangkan Q.S. al-Ahzab ayat 59 menjelaskan bahwa fungsi pakaian adalah sebagai identitas kemusliman atau kemuslimahan seseorang. Dari tiga ayat tersebut, ada 4 fungsi yakni

Menutup aurat. Aurat adalah perkataan Arab ‘awrah, yang oleh Al-Tsa’libi dalam kitabnya yang berjudul Fiqh al-lughah dijelaskan bahwa aurat adalah segala sesuatu yang memalukan karena terbukanya, disebut aurat. Sedangkan Ibrahim Anis dalam kitabnya Al-Mu’jaam al-wasith mendefinisikan aurat yaitu setiap yang ditutup manusia, karena benci melihatnya atau karena malu terlihat. Maka segala sesuatu yang membuat orang malu melihatnya dan membukanya didepan orang lain adalah aurat.

Sebagai perhiasan. Fungsi yang kedua ini menunjukkan begitu besar Islam memperhatikan keindahan. Keindahan atau estetika merupakan salah satu fitrah manusia di antara fitrah lainya. Setiap manusia senang kepada keindahan, namun ada yang memenuhi fungsi pertama saja. Yakni yang penting mentup aurat,tetapi ada juga berpakaian harus serasi antara badan, warna kulit, dan bahan pakaiannya, model serta di mana dalam acara apakah pakaian itu dikenakan. Begitu lengkap ajaran islam sebagaimana dalam Q.S.al-Maidah:3, dalam hal pakaian secara rinci dijelaskan sesuai dengan fitrah manusia.

Untuk perlindungan. Pakaian juga berfungsi untuk melindungi kulit dari sengatan matahari, dinginnya cuaca, sehingga suhu badan tetap terjaga. Maka pakaian dapat menjaga kesehatan manusia,tidak mudah terkena penyakit kulit,  iritasi kulit, terjangkitnya virus dsb. Bahkan dalam peperangan sekalipun, pakaian memiliki fungsi yang sangat penting.hal itu terdapat  dalam QS al-Nahl:81.

Sebagai identitas. Untuk membedakan wanita muslimah dan non muslim adalah pakaian yang dikenakan. Jika wanita mukmin mereka akan memakai pakaian muslimah kapan dan dimanapun mereka berada. Adapun ciri-ciri pakaian yang dikenakan bagi setiap  muslim dan muslimah adalah, bagi laki, batasan minimal untuk menutup badannya adalah antara pusar dan lutut, dan bagi perempuan adalah seluruh anggota badan kecuali wajah dan telapak tangan.

Sumber :
Etika & Mode Berpakaian Menurut Syariat Islam - Dr. Abdullah Aly, M.Ag.(salah satu penulis)
Read More

22 March 2017

Bagaimana Seorang Muslimah Menjaga Kehormatan ?

Bagaimana Seorang Muslimah Menjaga Kehormatan ?

1.    Menjauhi pacaran
Apakah ayat Al-Qur’an ada yang menyatakan bahwa pacaran itu diperbolehkan? Jawabannya “Tidak ada”, justru Allah memerintahkan kita untuk menjauhi zina. Nah, kita ngaku beragama Islam tapi masih pacaran, masih aja membela diri dengan beberapa ungkapan, “ Tapi kan pacaran saya bersih, saya gak pernah ada kontak fisik.” Kalau tak ada kontak fisik, terus gimana dengan akalnya? Ada jaminan akalnya tak maksiat? Apakah hatinya tak mikirin si dia?

Ingat ukhti pacaran itu adalah maksiat yang mendekati zina, dan zina adalah salah satu dosa terbesar setelah sirik

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan sesuatu jalan yang buruk.” (Al-Isra’:32)

Banyak wanita zaman sekarang mencari pacar yang shaleh. Nah, emangnya ada? Nyari pacar yang shaleh itu ibarat nyari babi yang halal. Yang namanya babi kan haram, masih aja mau dicari?!
Ada juga beberapa lelaki yang menyangka bahwa pacaran adalah salah satu proses ta’aruf. Waduh itu sih akal-akalan si cowok aja, mau-maunya dimodusin sama cowok. Itu sih namanya ada udang dibalik batu alias ada nafsu di balik kata cinta. Kalau emang bener cinta, ya datengin walinya, bukan nyembunyiin sesuatu dari walinya.

2.    Tidak iri dengan yang pacaran
Pada hakikatnya taat pada Allah akan membawa kita ke surga dan mendekati zina akan membawa kita ke neraka. Kita sebagai mahkluk yang telah Allah berikan akal, sudah semestinya kita tergiur oleh kebahagiaan yang kekal yaitu surga, dan menghindari diri dari kebahagiaan yang menipu, yang justru membawa kita pada kehancuran yang kekal.

Memang, terkadang disaat iman kita lemah, jebakan itu selalu datang. Terkadang ingin mendapatkan kasih sayang dengan lawan jenis seperti orang lain, tapi percayalah itu semua hanya jebakan setan, karena setan akan membuat dunia itu menjadi indah tapi sesungguhnya dalam keindahan itu ada kehancuran. Kita bisa lihat buktinya banyak beredar berita kasus hamil diluar nikah, kasus bunuh diri, kasus pembunuhan, dan serentetan kasus lain, yang berasal dari sesuatu yang dianggap indah dan penuh cinta, yaitu pacaran.



3.    Tidak tebar pesona
Tebar pesona adalah sebuah tindakan yang bertujuan untuk memperlihatkan sesuatu kebaggan diri agar orang lain tertarik pada kita, dan biasanya ini dilakukan antar lawan jenis agar seseorang jatuh hati. Dalam Islam ini adalah satu unsur ujub (berbangga diri) dan perbuatan dosa.
Untuk itu kita harus ketahui tebar pesona dalam hubungan lawan jenis adalah tindakan yang mendekatkan diri dari dosa, yang bisa dilihat dari niat dan tindakannya. Dari niat, tebar pesona antar lawan jenis biasanya dilakukan untuk modus supaya si dia tertarik pada kita, dan jelas dari niatnya juga sudah salah, yaitu mendekati zina. Dan tindakannya pun salah, yaitu mengandung unsur ujub (membanggakan diri) dengan tujuan yang salah pula

Allah saw berfirman, “ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik, dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula. (QS. An-Nur:26)

Nah, kesimpulannya, kalau kita menyukai seseorang dan berharap untuk menikah dengannya, tidak usah tebar pesona, cukup memperbaiki dan menjaga diri. Jika nantinya kita tidak berjodoh denganya, berarti Allah sudah siapkan dengan jodoh yang lebih baik.

Yang baik untuk yang baik dan yang buruk untuk yang buruk, adil kan? Masa sih gak yakin sama janji Allah?

Tapi apabila kamu sudah siap menikah, segerakanlah!

4.    Menjaga pandangan
Sudah diketahui bahwa dosa yang dihasilkan paling banyak adalah melalui mulut. Namun, ketahuilah bahwa mulut tidak akan berbicara ketika mata tidak memulai untuk memancingnya.
Dari diri seorang muslimah, satu pokok pembicaraan dapat menjadi ribuan cabang pembicaraan. Namun, ketika satu pasang mata melihat, akan ada ribuan pokok pembicaraan yang dapat muncul.
Semisal kita melihat orang gendut lewat, maka dalam hati kita pasti keluar, orang nya gendut banget ya, ini orang pasti makannya banyak, ini orang sehari makan berapa kali ya, dan sebagainya. Tentu ini sudah menjadi penyakit hati, dan ketika dilontarkan melalui mulut maka bisa menyebabkab tersakitinya perasaan orang itu. Astaghfirullah.

Para ulama menyatakan, Nabi saw memulai dengan menyebutkan zina mata, karena zina mata adalah asal usul terjadinya zina tangan, lisan, kaki, kemaluan.
Oleh karenanya, hendaklah kita menundukkan pandangan sekuat tenaga agar tidak bercabang-cabang dosa dan penyakit hati yang dihasilkan.

Sumber: Buku Kun Anta oleh @NegeriAkhrat dengan sedikit perubahan
Read More

21 March 2017

Bimbang Dan Ragu Adalah Sifat Khas Bani Israil


Bimbang Ragu Sifat Bani Israil
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah: 21 yang isinya menjelaskan bahwa Allah kembali mengajukan pertanyaan tentang berapa banyak  tanda kebenaran yang telah Allah tampakkan. Ini merupakan suatu hal yang wajar, sebab persoalannya di sini terdapat peringatan tentang sifat khas mereka, yakni selalu bimbang dan ragu serta menolak menyambut seruan Allah. Mereka bersikap  memberontak dan menolak masuk dalam kedamaian (Islam) secara total, bersikap sinis dan banyak bertanya, lalu tenggelam dalam pembangkangan dan kebandelan.

Itulah jalan yang licin yang menggelincirkan. Oleh karenanya kaum muslimin diperingatkan Allah. Ini dimaksudkan agar kaum muslimin selamat dari akibat yang pernah dialami oleh Bani Israil.
Pertanyaan di sini, boleh jadi tidak terbatas hanya pada hakikat pertanyaan itu saja. Namun lebih merupakan salah satu metode penjelasan yang diperbolehkan Al- Qur’an guna mengingatkan banyaknya ayat-ayat yang telah didatangkan Allah kepada bani Israil dan hal-hal di luar kebiasaan yang berlaku untuk mereka,baik itu atas permintaan mereka maupun yang datang dari sisi Allah karena adanya suatu hikmah yang bakal datang.

Akan tetapi, kendatipun sudah demikian banyak  hal-hal yang luar biasa yang terjadi pada mereka,  toh tetap saja mereka ragu dan dan bimbang, membandel dan menolak masuk dalam kedamaian Islam yang berpayungkan iman. Lalu, disampaikanlah akibat yang bersifat umum yang pasti akan mereka alami. “ Dan barang siapa mengganti nikmat Allah sesudah itu datang kepadanya, maka sesungguhnya Allah maha keras siksanya”. Nikmat Allah yang diisyaratkan di dalam ayat ini adalah nikmat Islam dan iman. Keduanya identik.

Peringatan yang dialamatkan kepada mereka yang menggantikannya, pertama-tama pembuktiannya dapat dijumpai dalam hal ikhwal bani Israil, dan terhijabnya mereka memperoleh kedamaian, ketentraman, dan kepastian begitu mereka mengganti nikmat Allah terebut dengan kekufuran dan penolakan beserah diri di bawah petunjuk Allah.

Mereka senantiasa bimbang dan ragu, dan menuntut bukti-bukti yang ada di luar kebiasaan kapan dan dimanapun.Setelah diberikan bukti, toh mereka tetap tidak mau beriman kepada mukjizat tersebut dan tak pernah merasa puas dengan nur maupun hidayah Allah. Padahal, ancaman dengan siksaan Allah yang amat keras dapat ditemukan bukti kebenarannya. Pertama, dalam ikhwal bani Israil pula, dan selanjutya pada diri setiap orang yang mengganti nikmat Allah dan tetap berlaku ragu. Hal ini ada disepanjang sejarah umat manusia.

Manakala suatu umat mengganti nikmat Allah dengan kekufuran, maka sudah pasti mereka akan ditimpaakan siksa yang pedih dalam kehidupan mereka dimuka bumi sebelum ditimpakan siksa yang berat di akhirat.

Tengoklah orang-orang yang ditimpa penderitaan seperti itu yang ada di antero jagat raya ini. Mereka gelisah, bimbang, saling terkam, saling usir, dan saling bunuh. Ini adalah suatu kondisi yang diciptakan oleh orang-orang yang berafdab yang kadang tenggemam ditempat minuman keras dan night club, bar-bar diskotik. Terkadang mereka juga memperlihatkan gerak kebingungannya yang memberi kesan kepada kita bahwa sebenarnya merek ingin membebaskan diri dari berbagai malapetaka yang mengungkungnya.

Itu dapat dilihat dari penampilan mereka yang berada pada lingkungan demikian ganjil, seperti sikap sombong, menantang, dan sikap-sikap lain yang lebih mirip binatang sampai dengan “dasi yang melilit “ leher mereka, lagu-lagu yang merangsang, pesta pora, lirik-lirikan maksiat, dan pergaulan eksklusif. Detik ini duduk-duduk dengan istri,dan detik berikutnya tenggelam di tempat pelacuran, berikutnya lagi memberikan dana sosial, tapi tak lama kemudian melakukan kejahatan besar,  yakni memanipulasi dan korupsi. Semua ini memaparkan sikap kebingungan pada jiwa mereka karena kosong dari iman.

Sesungguhnya keimanan yang kuat adalah nikmat Allah yang diberikan kepada hambanya. Bila seseorang mengganti kenikmatan itu, dengan kekufuran, maka Allah pasti menimpakan azabnya seperti yang dipaparkan di atas. Karena itu, mari kita berlindung kepada Allah dari sikap khas Bani Israil yang selalu ragu dan enggan masuk kedalam Islam secara total.

Sumber :
Seimbanglah Dalam Beragama - Marwan Al Qadiry
Read More

20 March 2017

Islam Mengajarkan Untuk Menjaga lisan

Islam Mengajarkan Untuk Menjaga lisan

“Kebanyakan wanita meletakkan tangannya dimulutnya ketika ia sedang menangis dan lelaki akan meletakkan tangannya di matanya ketika ia sedang menangis, seolah-olah mereka mengetahui dari mana banyak terhasilnya dosa.” (Dr. Khalid Abd. Aziz Muhammad Al Jubair)

Ya, manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Setidaknya dengan menangis, Allah SWT sudah memberi isyarat kepada kita dari mana terhasilnya dosa yang paling banyak. Dari mata dan mulut saja sudah banyak dosa yang dihasilkan, belum lagi telinga, tangan, kaki, dan penyakit hati yang tak tampak. Astaghfirullah.

“Dan tidakkah nanti seseorang akan di seret ke neraka dengan wajah-wajah mereka (ditanah), terkecuali itu karena ulah lidah-lidah mereka.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim)

Rasulullah saw bersabda: “Sungguh  seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang diridhai Allah swt, ia tidak peduli ucapannya, maka Allah mengangkat karenanya beberapa derajat. Dan sungguh, seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang dibenci Allah, ia tidak memedulikannya, maka Allah swt melemparkannya ke api neraka karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka dari itu lebih baik diam dari pada membicarakan sesuatu yang tidak penting. Nabi saw bersabda: “Diam adalah bentuk ibadah yang paling tinggi.” (HR. Dailami, dari Abu Hurairah)

Imam Syafi’i pernah mengatakan: “Jagalah lisanmu! Jangan pernah menyebut kekurangan seseorang karena kamu pun mempunyai kekurangan dan orang lain mempunyai lisan. Jagalah matamu! Jika terlihat olehmu aib suatu kaum, katakanlah ‘hai mataku orang lain pun mempunyai mata’ “
Lantas apa sih perkara yang harus kita hindari berkenaan dengan menjaga lisan?

1.    Berbohong
Rasulullah saw bersabda: “Seorang mukmin jatuh pada kesalahan atau kebiasaan apa pun, kecuali khianat dan kebohongan.” (HR. Ahmad, Baihaqi, dan Syuabal Iman)

Adapun bolehnya  kita berbohong, yaitu sebagai berikut:
  1. Mendamaikan dua pihak yang berselisih
  2. Berbohong dalam strategi perang
  3. Memperbaiki hubungan antara suami istri (rumah tangga)
“Seorang yang berkata (bohong) unuk mendamaikan (dua orang yang berseteru), seorang yang mengucapkan kata-kata (bohong terhadap musuhnya) dalam peperangan, dan (kebohongan) suami terhadap istrinya (saat suami memuji istrinya) dan istri (memuji) terhadap suaminya.” (HR. Ahmad)

2.    Mencela
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil (orang) dengan gelar yang mengandung ejekan.” (QS. Al-Hujurat:11)

Berkenaan dengan dosa mencela, Rasulullah saw pernah mengingatkan Aisyah saat mengejek fisik Shafiyyah karena kecemburuannya. Nabi saw menegur Aisyah dengan berkata: “Sungguh engkau telah mengatakan satu kalimat, yang andaikan kalimat itu dicampur ke lautan maka ia akan mengubahnya.” (HR. Abu Dawud)

3.    Adu Domba (Namimah)
Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat, “Maukah kuberitahukan kepada kalian orang yang paling buruk? Para sahabat menjawab, “Tentu” Nabi saw bersabda, “Orang yang berbuat namimah, yang merusak hubungan orang yang saling mencintai.” (HR. Bukhari)

Perihal balasan bagi pelaku namimah, sunguh amatlah besar.

Diriwayatkan bahwa  rasulullah saw pernah melintasi kuburan lalu menjelaskan bahwa dua orang penghuni kubur itu sedang disiksa di alam kubur.

“Sesungguhnya keduanya tengah diazab. Keduanya tidak diazab karena dosa besar. Adapun salah seorang diantaranya adalah karena dia tidak membersihkan diri dari kencing, sedang yang lainnya adalah karena suka menyebarluaskan adu domba.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4.    Ghibah
“Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?” Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Kemudian beliau bersabda: “Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sasuatu yang dia benci.” Ada yang bertanya. “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau yang kami katakan itu betul-betul ada pada dirinya?” Beliau menjawab: “Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jiika apa yang kalian tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan suatu kedustaan).” (HR. Muslim).

Ghibah adalah perbuatan tercela yang dosanya amat besar, karena telah melanggar kehormatan sesama muslim.

Rasulullah saw: “Sesungguhnya dosa yang paling besar adalah jika seseorang melanggar kehormatan seorang muslim tanpa alasan yang dibenarkan (syariat).” (HR. Abu Dawud)

Sumber:
Kun Anta - @NegeriAkhirat
Read More

Keutamaan Shalat Dari Sisi Kesehatan



Keutamaan Shalat Dari Sisi Kesehatan

Sebagai Muslim kita wajib untuk melaksanakan shalat minimal 5 kali dengan 17 rakaat setiap hari. Shalat sendiri mempunyai banyak keutamaan. Misalnya, dengan shalat dapat memberikan ketenangan bagi jiwa kita. Adanya pahala kebaikan yang dapat kita peroleh, dan sebaliknya, kita akan berdosa jika meninggalkannya. Untuk Artikel kali ini akan lebih membahas terkait keutamaan shalat dari sisi kesehatan. Jadi kita perlu tahu jika shalat juga dapat memberikan dampak positif bagi tubuh kita, sehingga membantu dalam menjaga kesehatan.

Manfaat Shalat Bagi Kesehatan


1.    Membuat awet muda
Semua gerakan shalat yang kita lakukan pada dasarnya bertujan meremajakan anggota badan. Bila badan kita lentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi. Misalnya, gerakan salam. Gerakan ini memiliki pengaruh besar pada kekencangan kulit saat kita menengok ke kanan dan ke kiri. Selain itu, gerakan ini juga bisa menghindarkan kita dari serangan migrain dan sakit kepala lainnya.

2.    Memudahkan persalinan
Saat posisi sujud, saat pinggul dan pingang terangkat melampaui kepala dan dada, otot-otot perut (rectus abdominis dan obliquus abdominis externus) berkontraksi penuh. Berkontraksi penuh. Posisi sujud bisa melatih organ disekitar perut  untuk mengejan lebih dalam dan lama. Hal ini sangat bermanfaat bagi wanita karena saat persalinan diperlukan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang cukup. Jika otot perut sudah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, ia akan lebih elastis secara alami

3.    Memperbaiki kesuburan
Saat posisi kita dalam sikap duduk (duduk iftirosy (tahiyyat awal) dan duduk tawarruk {tahiyyat akhir}), otot-otot daerah perineum ikut berkontraksi. Inilah daerah terlindung bagi wanita karena terdapat tiga lubang, lubang persenggamaan, dubur, dan saluran kemih.
Ketika duduk tawarruk, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Sedangkan, punggung kaki harus menekan daerah perineum. Sedangkan, punggung kaki harus diposisikan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Di kondisi seperti ini, tumit kaki kiri akan memijat dan menekan daerah perineum. Hal ini akan memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum.

4.    Memacu kecerdasan

Ketika sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan darah mengalir secara maksimal ke otak. Denga itu otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang bisa memacu kerja sel-selnya. Ini artinya, sujud secara tumakninah dan kontinyu bisa memacu kecerdasan.

Sumber: buku Kun Anta karya @NegeriAkhirat
Read More

18 March 2017

Keutamaan Malu Dan Celakanya Orang Yang Sombong

Keutamaan Malu Dan Celakanya Orang Yang Sombong

Malu yang dimaksud disini bukanlah ketidakpercayaan pada diri sendiri. Misalnya seperti malu ketika akan tampil di depan orang banyak. Malu ketika ingin bertanya di dalam kelas. Malu yang dimaksud disini merupakan sikap yang mulia, yang perlu dimiliki oleh setiap muslim.

Dan juga mengenai sikap sombong yang mungkin kita juga masih salah dalam memaknainya selama ini. Mungkin kita masih berfikiran bahwa sombong merupakan perbuatan untuk terlihat baik di mata orang lain. Sombong yang dimasksud disini adalah perbuatan yang sangat tercela, bahkan mengarah ke pada kekufuran.

Berikut terdapat hadits – hadits berkaitan dengan kemuliaan rasa malu dan keburukan dari sikap sombong


Dari Ibnu Umar ra, ia berkata: “Raslulllah saw melewati seorang Anshar yang sedang memberi nasihat kepada saudaranya karena pemalu, lalu beliau saw bersabda: “Biarkan ia pemalu! Sesungguhnya malu itu sebgaian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Imran bin Hushain ra, ia berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Perasaan malu selalu mendatangkan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari riwayat Muslim dikatakan: “Setiap persaan malu mengandung kebaikan.”

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Cabang iman ada enam puluh lebih, atau tujuh puluh lebih, yang paling utama adalah ucapan: LAA ILAAHA ILLALLAAH (Tidak ada Tuhan selain Allah), dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Sedangkan malu adalah bagian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra, ia berkata: Rasulullah saw sangat pamalu, melebihi seorang gadis yang dipingit. Ketika melihat sesuatu yang tidak beliau sukai, kami dapat mengetahui melalui raut wajahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Para ulama  berpendapat: “Hakikat malu adalah budi pekerti yang mengajak agar meninggalkan kejelekkan dan mencegah dari mengurangi hak orang lain.”

Dalam riwayat Abul Qasim Al Junaid ra, ia berkata: “Malu adalah memandang kebaikan dan melihat kekurangan diri sendiri. Dari kedua pandangan itu, lahirlah perasaan yang dinamakan malu.”

Allah ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong.” (Al-Israa”: 37)
Allah Ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombonng lagi membanggakan diri.” (Luqman:18)

Dari Abdullah bin Mas’ud ra, dari Nabi saw, beliau bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong, walaupun hanya sebesar atom. “Ada seorang laki-laki berkata: “Sesungguhnya seseorang itu suka berpakaian yang bagus-bagus dan sandal yang bagus pula.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah, suka pada keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia.” (HR.Muslim)

Dari Salamah bin Al-Akwa’ ra, ia berkata: “Ada seorang laki-laki makan dihadapan Rasulullah saw dengan menggunakan tangan kirinya, kemudian beliau bersabda: “Makanlah dengan menggunakan tangan kanannmu!” Laki-laki itu menjawab: “Saya tidak bisa.” Beliau bersabda lagi: “Kamu tidak bisa, karena kesombonganmu.” Salamah berkata: “Kemudian laki-laki itu, tidak bisa mengangkat tangannya kemulut.” (HR. Muslim)

Dari Haritsah bin Wahb ra, ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Maukah kalian aku beritahu tentang penghuni neraka? Yaitu setiap orang yang berlaku kejam, rakus, dan sombong.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat. (Ingatlah)! Ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu banggga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” Dan carilah pada apa yang telah dianugerah Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Ta’ala berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berbuat kerusakan.

Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta, karena aku mempunyai ilmu.” Dan apakah ia tidak mengetahui, sesungguhnya Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya, yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya.

Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: Mudah-mudahan kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar- benar mempunyai keberuntungan yang besar.”

Berkatalah orang-orang yang telah dianugerahi ilmu: “Kecelakaan besar yang akan menimpamu. Padahal Allah itu adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali orang-orang yang sabar.” Maka Kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada satu golonganpun yang menolongnya dari azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (Al-Qashash: 76-81)

Dari hadits – hadits tersebut dapat kita ambil sebagai pelajaran bahwa malu adalah perbuatan untuk meninggalkan kejelekkan. Mari kita tumbuhkan rasa malu pada diri kita, menjadi orang yang segan ketika akan melakukan kemaksiatan.

Dan dengan kita mengetahui apa itu sombong, semoga kita sebagai muslim harus menghindari sikap tersebut. Sikap menolak kebenaran merupakan tanda bahwa hati seseorang itu sedang sakit atau bahkan yang terburuk adalah hati itu sudah mati. Sehingga sombong akan mengarahkan kita kepada kekufuran. Semoga kita dijauhkan oleh Allah dari sikap sombong.
Semoga artikel ini bermanfaat. Tetap istiqomah dalam belajar Islam.

Sumber:
Riyadhus Shalihin - Imam Nawawi
Read More

16 March 2017

Mandi Yang Bernilai Ibadah

Mandi Yang Bernilai Ibadah

Mandi merupakan salah satu aktifitas keseharian bagi kita untuk menjaga agar badan kita tetap bersih. Biasanya kita mandi sebelum berangkat ke tempat kerja agar badan terlihat segar atau mandi setelah melakukan aktifitas yang melelahkan sehingga badan kembali segar. Mungkin selama ini kita masih berpikiran bahwa mandi hanya aktifitas biasa yang hanya bertujuan agar badan kita tetap bersih dan segar, hanya itu. Padahal, mandi bisa menjadi ibadah dan akan mendapat pahala darinya tersebut jika melakukan mandi dengan benar sesuai tuntunan di dalam Islam. Berikut penjelasannya,

Rukun Mandi

Mandi Yang sesuai dengan tuntunan agama hanya bisa terwujud dengan dua hal. Pertama adalah niat. Karena inilah yang bisa membedakan kebiasaan atau aktifitas biasa dengan ibadah, dan niat adalah amalan hati murni. Kedua, Membasuh seluruh anggota tubuh. Hal ini didasarkan pada Firman Allah,


"... Dan jika kamu junub maka mandilah ..."(Q.S. Al - Maidah : 6) 

"Hai orang - orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedangkan kamu dalam keadaan mabuk, hingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan. (Jangan pula kamu hampiri masjid) sedangkan kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi."(Q.S An - Nisa' : 43) 

Sunah Mandi

Orang yang mandi disunahkan meneladani cara Rasulullah mandi, yakni mengawalinya dengan membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kali dan meneruskannya dengan membasuh kemaluan. Lalu berwudhu secara sempurna seperti wudhu untuk shalat. Dia diperbolehkan menunda membasuh kaki hingga selesai mandi jika ia mandi di bak mandi atau wadah sejenis.

Kemudian menuangkan air ke kapala sambil menyela - nyela rambut supaya air bisa sampai ke akarnya, lalu menuangkan air ke seluruh tubuh. Diawali dengan menyiram bagian kanan badan dan meneruskan ke bagian kiri badan. Dia juga wajib menyampaikan air ke ketiak, bagian dalam telinganya, pusar, dan jari - jemari kakinya. Ini adalah anggota - anggota tubuh yang bisa dikenai air. Dalil untuk masalah ini adalah hadits Aisyah, "Bila mandi junub, Nabi memulainya dengan membasuh kedua tangannya, kemudian membasuh kemaluannya, lalu berwudhu seperti wudhu untuk shalat. Setelah itu beliau memasukkan jari - jemarinya ke akar - akar rambutnya, dan ketika telah yakin bahwa air telah sampai ke kulit, beliau menyiramkan tiga ciduk air ke kepalanya, lalu beliau menyiram ke seluruh tubuhnya." (HR Bukhari dan Muslim)

Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan terkait sunah mandi menjadi beberapa poin berikut :

  • Membasuh tangan sebanyak tiga kali sebelum memulai mandi
  • Membasuh kemaluan
  • Berwudhu seperti ketika akan shalat
  • Diawali dengan membasuh bagian kanan badan sebelum bagian kiri
  • Membersihkan rambut dengan memasukkan jari - jari kita hingga ke pangkal rambut dan menyiramkan air ke kepala sebanyak tiga kali
Demikian sedikit penjelasan mengenai Mandi Yang Bernilai Ibadah. Sebagai muslim tentunya kita harus berpikir cerdas. Bagaimana kita bisa mendapat pahala sebanyak - banyaknya dari amalan - amalan yang kita lakukan setiap hari. Hal sekecil apapun akan bernilai ibadah jika lakukan dengan niat yang ikhlas yaitu karena Allah dan dilakukan sesuai tuntunan Islam. Semoga bermanfaat

Sumber :
Ringkasan Fiqih Sunnah Sayid Sabiq - Sulaiman Al - Faifi

Read More

15 March 2017

Memberi Lebih Baik Daripada Menerima

Memberi Lebih Baik Daripada Menerima

Mungkin kita pernah mendengar kalimat "Tangan di atas lebih baik dari tangan di atas". Kalimat tersebut bisa kita maknai bahwa memberi sesuatu kepada sesorang itu lebih baik daripada menerima sesuatu dari sesorang. Dan ternyata pada zaman Nabi Muhammad banyak terdapat kisah - kisah teladan yang memberikan pelajaran terkait keutamaan memberi. Bagaimana orang - orang terdahulu lebih mementingkan saudaranya daripada dirinya sendiri. Bagaimana mereka dengan senang hati berkorban demi saudaranya.

Allah Ta’ala berfirman: “Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.”  (Al-Hasyr:9)

Allah Ta’ala berfirman: “Mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan....” (Ad-Dahr:8)

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Ada seseorang datang kepada Nabi saw dan berkata: “Sesungguhnya saya sangat lapar.” Maka beliau membawanya ke salah seorang isterinya, dan isterinya berkata: “Demi Zat yang mengutus engkau dengan kebenaran, saya tidak mempunyai apapun kecuali air.” Kemudian membawanya ke isteri yang lain, dan isteri yang lain menjawab seperti yang dikatakan isteri pertama, sehingga semua isterinya menjawab seperti yang dikatakan oleh isteri pertama, yakni: “Demi Zat yang mengutus engkau dengan kebenaran, saya tidak mempunyai apapun kecuali air.” Maka beliau bersabda kepada para sahabatnya: “Siapakah yang sanggup menjamu tamuku pada malam ini? “Salah seorang sahabat Anshar berkata: “Saya wahai Rasulullah.” Kemudian orang itu pergi bersama sahabat tadi. Sesampainya di rumah, ia berkata kepada isterinya: “Muliakanlah tamu Rasulullah saw!”

Dalam riwayat lain dikatakan: “Sahabat itu bertanya kepada isterinya: “Apakah kamu mempunyai makanan?” Isterinya menjawab: “Tidak punya, kecuali makanan untuk anak-anak.” Sahabat itu berkata: “Hiburlah mereka dengan sesuatu. Apabila mereka ingin makan, tidurkanlah mereka. Apabila tamu kita masuk, padamkanlah lampu dan perlihatkanlah seolah-olah kita ikut makan.” Kemudian mereka duduk bersama, dan tamu itu makan, tetapi sahabat dan isterinya dalam keadaan lapar. Ketika pagi merea bertemu dengan Nabi saw dan beliau bersabda: “Sungguh Allah kagum pada perbuatan kaliandalam menjamu tamu semalam.” (HR. Bukhari Muslim)

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: “Rasulullah saw bersabda : “Makanan dua orang cukup untuk tiga orang, dan makanan tiga orang cukup untuk empat orang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra, ia berkata: “Waktu kami bepergian bersama Nabi saw, tiba-tiba datang seseorang yang berkendaraan, sambil menoleh ke kanan dan ke kiri seolah-olah mengharapkan bantuan makanan, maka Rasulullah saw bersabda: “Siapa saja yang mempunyai kelebihan kendaraan hendaklah ia memberikan kepada orang yang tidak mempunyai kendaraan, dan siapa saja yang mempunyai kelebihan bekal, hendaknya ia memberikan kepada orang yang tidak mempunyai bekal.” Kemudian beliau menyebut berbagai macam harta. Sehingga kami merasa, seolah-olah tidak seorang pun dianatara kami mempunyai hak atas kelebihan harta.” (HR. Muslim)

Dari Sahl bin Sa’d ra, ia berkata: “Ada seorang perempuan datang kepada Nabi saw memberikan selimut tenunan, seraya berkata: “Kain ini saya tenun sendiri, dengan harapan engkau senang memakainya.” Maka Nabi saw menerima dan memakainya, sebab beliau membutuhkannya. Kemudian beliau keluardan memakai selimut ini sebagai sarung. Tiba-tiba Fulan berkata: “Alangkah bagusnya selimut ini, saya ingin memakainya.” Beliau bersabda: “Setelah Nabi saw duduk ditempatnya, baliau pulang dan melipatnya, kemudian dikirim kepada orang yang menginginkannya. Orang-orang berkata kepada orang itu: “Tidak baik bagimu, sebab kain itu sangat dibutuhkan Nabi saw kemudian kamu minta. Sebenarnya kamu juga tahu, beliau tidak pernah menolak orang yang meminta.” Orang itu menjawab: “Demi Allah saya memintanya bukan untuk saya pakai, tetapi untuk saya jadikan kain kafan.” Sahl berkata: “Selimut itu memang benar menjadi kain kafannya. (HR. Bukhari)

Dari Abbu Musa Al-Asy’ariy, ia berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya orang-orang Asy’ariy, apabila persediaan mereka dalam peperangan hampir habis atau makanan bagi keluarga mereka di Madinah tinggal sedikit, maka mereka mengumpulkan sisa-sisa yang ada dalam satu kain kremudian mereka membagi-bagi nya sama rata dalam sau bejana. Mereka itu termasuk golonganku dan aku termasuk golongan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sumber:
Riyadhus Shalihin - Imam Nawawi

Read More

14 March 2017

Al - Quran Sebagai Landasan Iptek

Al - Qur'an Sebagai Landasan Iptek

Jika dilakukan penelusuran secara seksama, paling tidak ditemukan 7 pelajaran dalam bidang iptek yang terdapat pada Al-Qur’an yaitu:

Penggalian lubang di tanah, menguburkan tanah dan menimbuninnya, seperti yang dipelajari Qabil dari perbuatan gagak, setelah ia membunuh saudara kandungnya, si Habil (Q.S. al-Maidah: 30-31

Pembuatan, melayarkan dan melabuhkan kapal oleh Nabi Nuh a.s. pada masa menjelang waktu air bah datang, sehingga terjadi banjir besar. (Q.S. Hud:36-44)

Menyucikan, meninggikan pondasi, dan membangun Baitullah oleh Nabi Ibraahim a.s., dibantu oleh Ismail (Q.S. al-Baqarah: 124-132)

Pengelolaan Sumber Daya Alam dan hasil bumi oleh Nabi Yusuf(Q.S. Yusuf: 55-56)

Pelunakan besi dan pembuatan baju besi, serta pengendalian dan pemanfaatan bukit-bukit dan burung-burung oleh Nabi Daud a.s. (Q.S.Al-Anbiya:80 dan Saba’: 10-11)

Komunikasi dengan burung, semut dan jin, pemanfaatan tenaga angin untuk transportasi, tenaga burung untuk komunikasi, mata-mata untuk tentara, pemanfaatan tenaga jin untuk tentara , penyelam laut, membangun konstruksi bangunan, patung, kolam dan pencairan tembaga oleh Nabi Sulaiman(Q.S. al-Anbiya:81-82, al-Naml:15-28, Saba’:12-13, dan Shad: 34-40)

Penyembuhan orang buta, berpenyakit lepra, dan telepati oleh Nabi Isa a.s. (Q.S. Ali-Imran:49-50, al-Maidah: 110).

Ahmad Watik praktiknya dan Muhammdi, menangkap respon umat Islam dalam mensikapi perkembangan Iptek walaupun dengan redaksi yang berbeda,  tetapi tetap dalam substansi yang sama. Menurutnya ada 2 sikap, yang pertama, melihat berbagai perkembagan iptek dan kecenderungannya secara utopisik, oportunistik berlebihan, dan beranggapan mestinya begitulah kehidupan modern. Mereka menggap perubahan iptek sebagai variable perubahan yang bersifat mutlak dan dominan. Kedua, melihat berbagai perkembagan iptek dan kecenderungannya secara mutlak secara distoistik, pesimis dan cemas belebihan. Mereka melihat  perkembangan iptek sebagai sumber bencana bagi masa depan manusia, dan penuh dengan kekhawatiran Iptek akan mencerabut kebudayaan manusia dari akarnya, mencerabut nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.

Bagaimana dengan Al-Qur’an, apakah mengandung ajaran- ajaran tentang Iptek secara kongkrit,definitife, dan rinci? Dalam al-Qur’an ditemukan tidak kurang dari 10% ayat-ayatnya merupakan rujukan kepada fenomena alam. Namun demikian, ada 2 pandangan tentang keutuhan materi al-Qur’an yang berkenaan dengan Iptek.

Pandangan pertama, mengatakan bahwa al-Qu’an memuat seluruh bentuk pengetahuan termasuk disiplin-disiplinnya. Pandangan ini karena menempatkan al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan utamanya adalah untuk menunjukkan mukjizat al-Quran dalam lapangan keilmuan untuk meyakinkan orang-orang non muslim akan keagungaan dan keunikan  al-Qur’an, dan untuk menjadikan kaum muslimin bangga memiliki kitab suci. yang masuk dalam kelompok pertama ini misalnya Al-Ghazali, dalam kitab Ihya ‘Ulum al-Din, ia mengutip kata-kata ibnu Mas’ud:”Jika seseorang ingin memiliki pengetahuan masa lampau dan pengetahuan modrn, selayaknya dia merenungkaan Al-Qur’an.

Tokoh lainnya adalah, al-Suyuthi dalam Kitabnya, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qu’an, mengatakan al-Qur’an mencakup ilmu baik yang bersifat klasik maupun yang tergolong modern.(Q.S.al-An’am:38,an-Nahl:89). Juga dikemukakan oleh Abd. Al-Rahman al-kawakibi dalam kitabnya Thab’ al-Istibdad ( Hakikat Depotisme): “pada abad-abad sekarang, sains telah mengungkapkan berbagai fakta dan ini semua dinisbahkan pada penemunya, orang-orang Eropa dan Amerika. Tapi mereka yang menelaah Al-Qur’an dengan cermat  akan menemukan bahwa fakta-fakta tersebut dinyatakan secara eksplisit dan implicit dalam al-Qur’an sejak 13 abad yang lalu. Begitu juga dengan Maurice Bucaille dalam bukunya , The Bible, The Qurr’an, and The Science, lebih tegas mengatakan bahwa, “al-Qur’an memiliki kesesuaian yang sempurna dengan sains modern, pengetahuan sains modern memberi kesempatan untuk memahami ayat-ayat al-Qur’an, dimana ayat-ayat itu sampai dewasa ini tidak mungkin ditafsirkan”.

Pandangan kedua mengatakan bahwa tidaklah benar menafsikan kata-kata al-Qur’an dengan cara yang tidak diketahui oleh orang-orang Arab pada masa Nabi, al-Qur’an tidak diwahyukan untuk mengajari kita sains dan teknologi, tapi merupakan kitab petunjuk. Masalah Iptek diluar tujuan diwahyukan al-Qur’an, sains belum mencapai tingkat keemajuan yang sempurna, maka tidak benar menafsirkan al-Qur’an menurut teori-teori yang dapat berubah, dan sudah menjadi kehendak Allah,manusia dapat menemukan rahasia-rahasia alam dengan menggunakan indera dan daya intelektualnya.

Dua pandangan yang terlihat kontradiktif tersebut, ada pandangan ketiga yang dikemukakan oleh Syikh Musthafa al-Maraghi, dalam pengantar buku Ismail Pasha berjudul Islam and Modern Medicine. Dikatakan “Bukanlah maksud saya untuk mengatakan bahwa Kitab Suci ini mencakup secra rinci atau ringkas seluruh sains dalam gaya buku-buku teks, tapi saya ingin mengatakan bahwa al-Qur’an mengandung prinsip umum”.

Yang perlu digaris bawahi dari berbagai pandngan di atas adalah bahwa al-Qu’an tetap diletakkan sebagai kitab petunjuk dalam kehidupan manusia yang di dalamnya terdapat prinsip-pinsip umum dan etik tentang iptek. Sementara perumusan dan perincian iptek sampai pada tingkat penerapannya tergantung pada manusia itu sendiri. Karena manusia dengan akalnya mampu membedakan yang baik dan benar, yang membawa maslahah atau kehancuran. Tapi ingat, semua yang dikerjakan oleh manusia akan dimintai pertanggungjawaban di hadadap Allah. Jika ia mengembangkan iptek untuk kemaslahatan umat manusia (baik) maka surge balasannya sementara kalau iptek digunakan untuk menghancurkan peradaban umat manusia, neraka sebagai tempat kembalinya.

Sumber :
Islam dan Iptek - Dr. Sudarno Shobron, M.Ag.


Read More

12 Adab Yang Baik Ketika Berdoa

12 Adab Yang Baik Ketika Berdoa

Berdoa adalah kita memohon atau meminta sesuatu kepada Allah  baik untuk kebaikan dunia maupun untuk kebaikan di akhirat. Kita sebagai manusia perlu menyadari bahwa kita ini sangat lemah, tidak ada apapun yang bisa kita perbuat melainkan Allah lah yang mengizinkan kita berbuat. Kekuatan semata - mata hanya milik Allah.

Ketika sudah menyadari bahwa kita tidak bisa berbuat apa - apa, maka sudah seharusnya untuk selalu berdoa. Memohon segala sesuatu yang baik bagi diri kita, untuk dunia maupun untuk akhirat. Yang perlu kita ketahui juga yaitu bahwa di dalam berdoa juga terdapat adabnya, karena yang kita berhadapan dengan zat yang Maha Agung yang menguasai dunia dan seisinya. Untuk itu sebagai hamba yang baik, perlu kita ketahui adab - adabnya

Berdoa memiliki beberapa adab yang seyogianya diperhatikan, kami akan menguraikannya sebagai berikut:


1. Mencari usaha yang halal
Dalam Shahih Muslim disebutkan, Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Wahai manusia, sesungguhnya Allah saw baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana dia memerintahkan para Rasul-Nya dengan firmannya: Wahai para rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalihlah. Dan Dia berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rezekikan kepada kalian. Kemudian beliau menyebutkan ada seseorang melakukan perjalanan jauh dalam keadaan kumal an berdebu. Ia memanjatkan kedua tangannya ke langit seraya berkata, ‘Ya Rabbku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan!” (HR. Muslim)

2. Menghadap kiblat jika mampu
Karena, Nabi saw pernah keluar untuk melaksanakan shalat istisqa’, maka beliau berdoa dan memohon turunnya hujan sambil menghadap kiblat

3. Memerhatikan waktu yang tepat dan kondisi-kondisi yang utama
Misalnya hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jum’at, sepertiga malam yang terakhir, waktu menjelang Shubuh, dis ela-sela sujud, saat turun hujan, antara azan dan iqamah, ketika pertemupuran berkecamuk, ketika ketakutan, dan sedang sedih.

4. Mengangkat kedua tangan
Diriwayatkan dari Salman bahwa Nabi saw bersabda,
“Sesungguhnya Rabb kalian yang Mahasuci dan Mahatinggi adalah Maha Hidup lagi Pemurah. Dia merasa malu terhadap hamban-Nya jika ia menengadahkan tangan kepada-Nya, lalu menolaknya dengan tangan hampa.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan lainnya)

5. Memulai doa dengan memuji Allah, menganggungkan, dan menyanjung-Nya serta bershalawat atas Nabi saw
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, Nasa’i, dan Tirmidzi dan dinyatakan shahih olehnya dari Fadhalah bin Ubaid bahwa Rasulullah saw mendengar seseorang berdoa usai mengerjakan shalat tanpa mengagungkan Allah dan mengucapkan shalawat kepada Nabi, maka beliau bersabda,
“Orang ini tergesa-gesa. “kemudian beliau memanggil orang itu dan beliau bersabda kepadanya- atau juga kepada orang selainnya-, “Bila salah seorang diantara kalian berdoa hendaklah ia memulainya dengan mengagungkan Rabbnya serta menyanjung-Nya, kemudia mengucpkan  shalawat atas Nabi saw. Sesudah  itu barulah ia berdoa meminta apa saja yang ia kehendakki.”

6. Menghadirkan hari, menampakkan kerendahan dan kebutuhan kepada Allah, serta melirihkan suara antara pelan dan keras
Allah berfirman,
“Berdoalah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al-A’raf:55)

7. Doanya tidak mengandung dosa atau memutuskan tali silaturahim
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Sa’id bahwa Nabi saw bersabda:
“Tidak ada seorang muslim yang berdoa kepada Allah Azza wa Jalla yang doanya tidak mengandung dosa atau bermaksud memutuskan silaturahim, kecuali Allah akan memberinyasalah satu diantara tiga perkara; 1) Dia mengabulkan doa itu segera, 2) Dia menangguhkannya untuk menjadi simpanannya di akhirat, 3) Dia menghindarkannya dari bahaya yang sebanding dengan apa yang dimintanya. “Mereka bertanya, “Bagaimana jika kami banyak berdoa?” Nabi saw menjawab, “allah akan lebih memperbanyak lagi.”

8. Tidak menganggap doanya lambat dikabulkan
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda: “Doa seseorang akan dikabulkan Allah selama orang itu tidak terburu-buru lalu berkata, ‘Aku telah berdoa, tetapi Allah tidak juga mengabulkan doaku.”

9. Berdoa dengan keinginan yang pasti agar dikabulkan
Hal ini berdasarkan hadits dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Janganlah seorang diantara kalian mengatakan, “Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau menghendakinya. Ya Allah, rahmatilah Aku jika Engkau menghendakinya.” Tujuannya adalah untuk memperkuat permohonannya itu karena  Allah, yang tak seorangpun dapat memaksa-Nya.”


10. Memilih kalimat-kalimat yang pendek tapi sarat makna
Misalnya:
“Ya Rabb kami, berilah kami di dunia kebaikan dan juga di akhirat nanti, dan lindungilah kami dari siksa neraka.”
Nabi saw menyukai doa yang pendek tapi sarat makna dan meninggalkan selainnya.

11. Tidak mendoakan keburukan atas diri sendiri, keluaga, hartanya
Jabir ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Janganlah engkau berdoa buruk terhadap dirimu, begitu juga anak-anakmu, pelayan-pelayanmu dan harta bendamu. Jangan sampai nanti doamu itu bertepatan dengan saat ketika Allah bisa memenuhi permohonan, hingga doa burukmu itu akan benar-benar terkabul.” (HR. Muslim)

12. Mengulang-ulang doa hingga tiga kali
Abdullah bin Mas’ud ra meriwayatkan bahwa Rasulullah sering kali berdoa dan membaca istighfar sebanyak tiga kali. (HR Ahmad dan lainnya)
Istighfar sebaiknya dimulai dari diri sendiri. Allah swt berfirman:
“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami.” (Al-Hasyr:10)

Sumber: Kitab Mukhtashar Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq  ditulis oleh Sulaiman Al-Faifi

Read More

13 March 2017

Aqidah : Tidak Ada Keraguan Dalam Kebenaran

Aqidah : Tidak Ada Keraguan Dalam Kebenaran

Menurut Hasan Al-Banna aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketrentaman dalam  jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.

Dari kedua definisi tersebut dapat dijelaskan point penting berikut:

Sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia maknanya Ilmu(kebenaran) dibagi menjadi dua, yaitu ilmu dlarury dan ilmu nazhary. Ilmu yang dihasilkan oleh indra dan tidak memerlukan dalil disebut ilmu dlarury, sedangkan ilmu yang memerlukan dalil atau pembuktian disebut ilmu nazhary.

Setiap manusia memiliki fitrah untuk mengakui kebenaran, maknanya indra untuk mencari kebenaran,akal untuk menguji kebenaran dan wahyu untuk menjadi pedoman dalam menentukan mana yang benar dan mana yang tidak.

Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan. Sebelum seseorang sampai ke tingkat yakin (ilmu) ia akan mengalami terlebih dahulu 3 tingkatan :

  1. Syak, (ragu), yaitu sama kuat antara membenarkan sesuatu atau menolaknya.
  2. Zhan, yaitu salah satu lebih kuat sedikit dari yang lainnya karena ada dalil yang menguatkannya.
  3. Ghalabatuzh zhan, yaitu cenderung lebih menguatkan salah satu karena sudah meyakini dalil kebenarannya.
  4. Yakin/ilmu, yaitu keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keraguan, keyakinan yang sudah sampai pada tingkat ilmu inilah yang disebut dengan ‘aqidah.

Aqidah harus mendatangkan ketrentaman jiwa, artinya sesuatu keyakinan yang belum dapat menentramkan jiwa berarti bukan aqidah.

Menolak segala sesuatu yang berlawanan dngan kebenaran, artinya bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat pemahamannya terhadap dalil.
Sebagian ulama berpendapat bahwa pembahasan pokok aqidah Islam berkisar pada aqidah yang terumuskan dalam rukun iman yang enam yaitu :

  • Iman kepada Allah
  • Iman kepada malaikat Allah
  • Iman  kepada Nabi dan Rasul Allah
  • Iman kepada kitab Allah
  • Iman kepada hari akhir dan 
  • Iman kepada Qada dan Qadar

Adapun sumber-sumber aqidah adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah dan tingkatan aqidah seseorang berbeda-beda, yaitu tingkat taqlid, ‘ilmu al-yaqin, ‘ain al-yaqin, dan haqul  yaqin.


  • Tingkat taqlid berarti menerima suatu kepercayaan dari orang lain tanpa diketahui alasannya. Sikap ini dilarang oleh agama islam sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah :

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu tidak akan diminta pertanggungjawabannya”( Q.S. Al-Isra:36)

  • Tingkatan yang kedua yaitu ‘ilmu al-yaqin, maksudnya suatu keyakinan yang diperoleh berdasarkan ilmu yang bersifat teoritis. Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah :

“Bermegah – megahan telah melalaikan kamu kamu. Sampai kamu masuk dalam kubur. Sekali – kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). Kemudian sekali – kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui. Sekali – kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti”( Q.S. At-Takatsur:1-5)

  • Tingkatan yang ketiga yaitu ‘ain al-yaqin, maksudnya suatu keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan mata kepala secara langsung tanpa perantara. Hal ini disebutkan dalam Firman Allah :

“Niscaya kamu akan benar – benar melihatnya dengan mata kepala sendiri. Kemudian kamu benar – benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu)”( Q.S. Al-Takatsur:6-7)

  • Tingkat ke empat yaitu haqul al-yaqin , maksudnya suatu keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan dan penghayatan pengalaman empiris. Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah :

“Jika dia (orang yang mati) itu termasuk yang didekatkan (kepada Allah). Maka dia memperoleh ketentraman dan rezeki serta surga (yang penuh) kenikmatan. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan. Maka, ‘Salam bagimu (wahai) dari golongan kanan!’ (sambut malaikat). Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan dan sesat. Maka dia disambut siraman air yang mendidih. Dan dibakar didalam api neraka. Sungguh, inilah keyakinan yang benar. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar”(Q.S. al-Waqiah:88-96)

Sumber :
Agama - Dr. Imron Rosyadi M.Ag.

Read More

12 March 2017

Anak - Anak dan Sholat Lima Waktu

Anak dan Sholat Lima Waktu

Ninik, seorang ibu dari siswa, “Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikumussalam.”

“Pak, sudah tiga hari ini anak saya rajin shalatnya, Shubuh juga. Setelah saya tanya, ternyata disuruh Pak Iqbal. Padahal kalau ibunya yang nyuruh, susahnya minta ampun! Alhamdulillah. Terima kasih ,Pak!”

“Iya Bu, sama-sama. Semoga perilaku ini menetap dan makin tambah rajin.”

“Ya, Pak, aamiin, ya rabbal‘alamin.”

Sekelumit percakapan dengan wali murid ini mungkin dianggap biasa bagi orang lain, namun sangat berarti bagi saya. Bertahun-tahun berjuang di SD Khadijah Pandegling, bertahun-tahun juga saya memperhatikan, pelaksanaan shalat lima waktu bukanlah hal yang ringan, terutama bagi para murid.

Shalat yang sangat berat dilaksanakan adalah shalat Shubuh dan Isya. Shalat Shubuh berat dilaksanakan karena mereka sulit sekali bangun pagi. Sementara, shalat Isya berat dilakukan karena beberapa alasan, anatar lain, mereka sudah terkantuk-kantuk karena sudah malam atau terlena karena nonton TV sampai ketiduran.

Sebagai kepala sekolah, ini tentu meresahkan saya. Saya terus memutar otak memikirkan bagaimana caranya agar mereka mau dan mampu melaksanakan shalat lima waktu. Satu hal yang perlu menjadi catatan penting: saya tetap bersyukur karena selluruh murid mau menjawab dengan jujur ketika ditanya, “Apakah kamu shalat lima waktu?” Kejujuran ini terpelihara karena setelah pertanyaan itu, tidak pernah ada ancaman hukuman dari sekolah dan tidak ada kemarahan atas setiap jawaban yang diberikan, apapun jawaban mereka. Kami sangat menghargai kejujuran mereka, kami menanamkan kejujuran itu. Dan, kami tidak memberikan hukuman atas kejujuran mereka. Alhamdulillah, mereka jujur dan bilang kalau masih belum bisa melaksanakan shalat lima waktu.

Kembali ke strategi yang coba diterapkan. Pada kenyataannya, tidak cukup satu strategi untuk membangkitkan semangat shalat lima waktu. Strategi bertanya ketika berbaris di pagi hari membawa hasil, walaupun tidak sebanyak yang saya harapkan.

Munculah strategi saya berikutnya, yaitu dengan lompat pocong, nama yang aneh, mungkin, untuk sebuah ajakan shalat lima waktu. Saya mencoba mengajak para murid membentuk dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang susah menjalankan shalat lima waktu dan kelompok kedua adalah yang belum menjalankan shalat lima waktu ramailah keadaan karena mereka memisahkan diri sesuai kelompoknya dengan loncat seperti pocong , bukan jalan seperti biasa.

Alhamdulillah setelah beberapa kali saya lakukan, strategi ini rupanya terlihat berhasil. Perlahan-lahan, jumlah kelompok yang sudah shalat lima waktu semakin banyak. Strategi ini rupanya juga dilaksanakan dengan senang hati oleh segenap murid. Mereka melakukannya dengan tersenyum. Maka, dalam kesempatan itu, saya menyampaikan pentingnya shalat lima waktu.

Setelah kegiatan ini berakhir, ternyata Kevin tidak langsung masuk ke kelas. Sendirian dia datang ke kantor saya dan mengajukan petanyaan,

“Pak, bagaimana caranya supaya bisa bangun subuh?

“Kamu biasanya bangun jam berapa?” saya balik bertanya

“Saya bangun jam setengah enam, Pak.’

“Lho, tidurnya jam berapa?”

“Saya tidur jam delapan, Pak...”

“Ok, kalau begitu, sebelum tidur kamu baca bismillah 20 kali, minta pada Allah supaya bisa bangun subuh!”

Di waku lain. Saat peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Saat itu, seluruh murid diminta untuk membayangkan, seandainya bisa bertemu dengan Rasulullah, apa yang akan ditanyakaan? Ternyata, satu pertanyaan mengejutkan datang dari seorang murid kelas 6 yang bernama Mizan. Dia ingin bertanya Rasulullah, “Bagaimana caranya bisa bangun subuh?”

Sungguh motivasi internal semacam kevin dan Mizan, maupun murid yang lain semacam ini yang kita harapkan, bukan motivasi eksternal, yang hanya mau  shalat jika dimarahi atau dibentak. Ya, begitulah gugur, tidak ada sesuatu yang instan, perlu terus- menerus mengingatkan murid agar tidak terlena meninggalkan shalat lima waktu. Semoga, semakin banyak murid yang shalat lima waktu.

Semoga semakin hari banyak murid yang shalat lima waktu setelah kegiatan ini diulang beberapa kali.

Sumber:
Romantilka Membangun Sekolahnya Manusia - Muhammad Iqbal

Read More

Nasihat Untuk Menghadapi Ujian

Nasihat Untuk Menghadapi Ujian

Nasihat Untuk Menghadapi Ujian - Jika Anda masuk ruang ujian, ucapkanlah bacaan basmallah. Bacalah soal-soal ujian dengan penuh ketenangan, jangan tergesa-gesa. Mulailah mengerjakan soal yang paling mudah, kemudian soal yang lebih sulit dari pertama. Ini semua penting diperhatikan agar syaraf-syaraf tubuh tidak tegang dan akhirnya waktu Anda terbuang sia-sia.

Nasihat inilah yang biasa kita dengar dari orang tua dan para guru kita yang harus kita perhatikan setiap waku sebelum kita memasuki ruang ujian. Tujuan nasihat ini adalah agar tidak ada rasa takut ketika menghadapi ujian. Juga untuk mengusir rasa takut yang bisa membuat tegang saraf kita, sehingga waktu tidak terbuang sia-sia dan ujian tidak terlewatkan begitu saja.

Kawan, begitulah keadaan dunia ini. Kehidupan dunia tidak lain hanyalah ujian yang telah ditakdirkan oleh Allah, baik atas orang mukmin atau orang kafir, yang jujur atau yang dusta, yang terpercaya atau khianat. Jika nasihat ini sangat berguna untuk menjalani ujian akademik, ia juga sangat dibutuhkan untuk menghadapi ujian kehidupan yang lebih besar.

Tidak ada yang lebih menjanjikan indahnya dan manisnya kehidupan kecuali jika kita bersikap positif terhadap harapan dan cita-cita kita, melupakan penderitaan masa lalu, bersemangat ,menyambut hari bahagia, membuang memori kepedihan, menghiasi diri dengan kesiapan mengarungi bahtera kehidupan, membuang jauh keputusasaan dan kebosanan, mengubah semua sikap negatif menjadi sikap positif, juga menghidupkan upaya tiada henti untuk berubah.

Lalui kehidupan ini dengan optimisme!

Bagaimana mungkin menjadi optimis dan mampu mengubah keadaan jika tidak optimis dengan hasil yang akan diraih.

Bagaimana mungkin yakin akan harapan-harapan kita jika kita tidak optimis dan merasa yakin dengan cita-cita kita?

Optimis membantu kita untuk menjadi pelipur lara dan pengembira disaat duka. Optimis mampu mencabut diri dari kubangan kekhawatiran dan bayang-bayang kegagalan yang begitu pahit. Optimis membantu dalam keadaan lemah semangat dan hilang harapan.

Optimislah! Maka Anda akan dapat suplai bahan bakar yang menyalakan secercah harapan.

Optimislah dengan hidup anda, karena jika kita saja meragukannya bagaimana orang lain memandangnya?

Optimislah dan positif thingking lah terhadap hidup ini!!

Sumber:
Dahsyatnya Optimis - Mustofa Kamal


Read More

11 March 2017

Berpikirlah Bahwa Aku Bisa

Berpikirlah Bahwa Aku Bisa

Berpikirlah Bahwa Aku Bisa - Perubahan adalah sebuah keniscayaan. Sesuatu yang pasti terjadi. Tak ada yang tetap didunia ini, kecuali kata perubahan itu sendiri. Jadi, segala sesuatu pasti akan berubah. Meskipun kita tidak berubah, kita akan diubah oleh sebuah mekanisme perubahan, baik yang berjalan alamiah, maupun yang ditentukan oleh orang menjadikan perubahan itu sebagai sesuatu-orang di sekitar kita. Allah berfirman,
“Allahlah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban...” (QS. Ar-Rum:54)
Ayat tersebut menunjukkan, bahwa manusia mengalami 3 fase kehidupan. Pertama, fase lemah pertama, yaitu masa kanak-kanak hingga awal dewasa. Kedua, fase kuat, yakni saat seseorang memasuki usia dewasa. Ketiga, fase lemah kedua, yakni saat seseorang memasuki usia senja. Masa-masa remaja, adalah masa transisi dari fase lemah pertama manuju fase kuat. Kesuksesasan seorang manusia saat menjalani fase kuat, sangat dipengaruhi dari apa yang kita lakukan di masa transisi ini.

“Jika engkau ingin mengubah sesuatu, maka ubahlah dirimu terlebih dahulu. Dan sebelum engkau mengubah dirimu, rubahlah terlebih dahulu persepsimu.” (Stephen Covey)
Oleh karena sama-sama akan berubah, mengapa kita tidak menjadikan perubahan itu sebagai sesuatu yang kita rencanakan? Perubahan yang terencana, pastilah sebuah perubahan yang produktif.

Jadi mari kita berubah!! Berubah menjadi luar biasa! Dimulai dari proses berpikir kita. Dari bagaimana kita berpersepsi terhadap diri sendiri.
Lantas, apa persepsimu terhadap dirimu?

“Aku ini bodoh, sama sekali nggak membanggakan, nggak punya prestasi apapun.”

STOP!

Mengapa tega menzalimi diri sendiri dengan berpikir negatif tentang diri kita. Jka memang persepsi kita selama ini seperti itu wajar jika diri kita merasa terpuruk sebagai manusia yang nggak berprestasi

Sekarang juga anda harus berpikir bahwa Aku Bisa!

Karena kamu bisa jika berpikir bisa! Akan gagal jika berpikir gagal. Begitu juga ketika kita berpikir bahwa kita ini bodoh. Allah sendiri befirman dalam hadist qudsi yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah,
“Aku selalu mengikuti prasangka hamba-Ku...” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan begitu jelas sekali bahwa jika kita menyangka diri kita bodoh, maka begitu juga prasangka Allah terhadap kita.

Jadi mari berpikir positif tentang kita. Bahwa Kita ini pasti bisa!!

Sumber:
Juara sepanjang Masa - Afifrah Afra
Read More

10 March 2017

Ikhlas Atau Rela?

Ikhlas Atau Rela?

Ikhlas Atau Rela? - Kata Ikhlas dan rela merupakan dua kata yang berbeda. Dalam bahasa Indonesia, kedua kata tersebut memiliki kesamaan arti, setidaknya kemiripan makna. Namun, dalam bahasa Arab, keduanya memiliki makna yang berbeda.

Kata ikhlas berasal dari bahasa Arab الإخلاص. Ia merupakan bentuk mashdar dari fi'il ruba'iy أخلص - يخلص. Ia berarti memurnikan dan membersihkan dari hal-hal yang mengotori. Di sinilah surat Al-Ikhlash dalam Alquran dipahami sebagai surat tentang memurnikan tawhid kepada Allah Swt dan membersihkannya dari syirik.

Karena itu, ikhlas dalam hidup berarti memurnikan tujuan hidup ini hanya untuk Allah Swt saja, bukan untuk yang lainnya. Inilah makna ungkapan الله غايتنا, "Allah tujuan kami." Seperti ini pula makna ikhlas dalam ibadah, yaitu memurnikan ibadah hanya untuk Allah Swt semata. Demikian halnya dengan ikhlas niat. Ia berarti memurnikan dan membersihkan niat hanya untuk Allah Swt.

Atas dasar makna tersebut, maka orang yang tidak beriman tidak memiliki ikhlas. Ikhlas hanya ada bila ada iman.

Berbeda dengan ikhlas, kata rela memiliki padanan kata ridha. Ia berasal dari bahasa Arab الرضى. Ia merupakan bentuk mashdar dari fi'il tsulatsy رضي - يرضى. Ia berarti menerima dan qana'ah. Dari arti ini kita bisa memahami makna ridha (rela) pada ketentuan Allah Swt baik yang bersifat kauniyyah maupun syar'iyyah. Demikian juga, makna ridha Allah sebagai rabb; ridha Islam sebagai agama; dan ridha Muhammad sebagai nabi dan rasul. Inilah makna rela.

Masih banyak orang yang menganggap bahwa kedua kata diatas mempunyai makna yang sama. Anggapan bahwa baik ikhlas maupun rela sama – sama digunakan untuk menyatakan kelapangan dalam menerima suatu kondisi atau ketika memberikan sesuatu. Mudahnya, ikhlash berhubungan dengan tauhid yaitu melakukan sesuatu semata – mata hanya untuk Allah, sedangkan rela atau bisa disebut ridha adalah menerima segala ketentuan.

ketika ada seorang yang kehilangan sesuatu yang berharga, kata yang tepat untuknya, "Relakan saja." Bukan, "Ikhlaskan saja." Wallaahu a'lam.

Read More

Keutamaan Shalat Berjamaah

Keutamaan Pada Shalat Berjamaah

Keutamaan Shalat Berjamah - Masih banyak orang yang belum terlalu mengerti mengenai keutamaan shalat berjamaah. Mereka lebih memilih sholat sendiri daripada mengerjakan shalat dengan berjamaah. Padahal jika kita mengetahui perbandingan antara shalat yang dikerjakan sendiri dengan shalat berjamaah maka kita akan tahu bahwa keutamaan shalat berjamaah tidak sebanding dengan shalat sendiri. Jauh sekali perbedaan dari keduanya. Masih suka shalat sendirian?

Berikut akan kami tuliskan mengenai beberapa hal terkait dengan shalat berjamaah yang dirujuk dari kitab Ringkasan Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq - Sulaiman Al - Faifi.

Hukum Shalat Berjamaah

Hukum shalat berjamaah adalah sunah mu'akadah. Bahkan wajib atas kaum pria. Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan, 

"Tidak diragukan lagi bahwa meninggalkan shalat jamaah tanpa adanya uzur adalah salah satu kemungkaran yang wajib diingkari, dan shalat lima waktu wajib dikerjakan di masjid oleh kaum pria berdasarkan dalil yang tidak sedikit"

Telah diriwayatkan banyak hadits tentang keutamaannya. Berikut beberapa hadits yang menjelaskan tentang keutamaan shalat berjamaah :

Ibnu Umar menuturkan, Nabi bersabda 'Shalat jamaah 27 derajat lebih utama dari shalat sendirian.' (Muttafaqun 'alaih)

Ibnu Umar menuturkan, "Seorang pria buta menemui Nabi dan mengatakan, 'Ya Rasulullah, aku tidak punya orang yang menuntunku ke masjid.' Dia lantas meminta keringanan kepada Rasulullah SAW untuk mengerjakan shalat di rumah. Beliau memberinya keringanan. Sesudah dia berpaling, beliau memanggilnya dan bertanya, 'Apakah kamu mendengar adzan?'Ya.' Datangilah dia!'"(HR Muslim)

Ibnu Umar menuturkan, Rasulullah bersabda, "Demi dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya. Aku sangat ingin menyuruh orang - orang untuk mengumpulkan kayu bakar, lalu aku perintahkan seseorang untuk mengimami shalat, dan setelah itu aku pergi ke rumah orang - orang yang tidak mengerjakan shalat jamaah untuk membakarnya."(Muttafaqun 'alaih)

Begitu banyak keutamaan yang bisa kita dapatkan dengan shalat berjamaah. Mungkin ada dari kita yang masih menganggap 27 derajat berdasarkan hadits diatas adalah bilangan tetap dari keutamaan shalat berjamaah. Sehingga selisih antara shalat berjamaah dengan shalat sendiri hanya 26. Sungguh tidak seperti itu, sesungguhnya hanya Allah lah yang mengetahui secara pasti keutamaan yang didapat.

Yang jelas adalah perbedaan diantara shalat berjamaah dengan shalat sendirian itu sangat jauh sekali atau tidak sebanding. Maka dari itu, sayang sekali jika kita melewatkan shalat berjamaah hanya karena kita ingin sesegera melanjutkan aktifitas. Bisa jadi karena kita sering melewatkan shalat berjamaah akan membuat kita menyesal kelak di akhirat dan seketika itu juga baru menyadari betapa berharganya shalat berjamaah.

Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai keutamaan shalat berjamaah. Semoga bermanfaat.

Sumber :
Ringkasan Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq - Sulaiman Al - Faifi
Read More

09 March 2017

Pentingnya Waktu Dengan Sudut Pandang Muslimah

Pentingnya Waktu Dengan Sudut Pandang Muslimah

Pentingnya Waktu Dengan Sudut Pandang Muslimah - Apabila untuk waktu dalam kehidupan muslim mempunyai peran penting maka sungguh yang terpenting dan paling banyak nilai pentingnya ada dalam kehidupan ukhti muslimah,(tidak) karena tanggung jawabnya dan peran sertanya dalam dakwah kepada Allah lebih besar dan lebih penting, melainkan karena seorang perempuan sesuai tabiatnya, waktu yang berjalan melewatinya menjadikannya sibuk dengan rumahnya, suaminya, dan anak-anaknya dengan sebenar-benar kesibukan.

Seringkali dia tidak mampu terus-menerus menjaga wirid hariannya dengan Al-Qu’an, atau ilmu-ilmu meski ia memiliki kemauan oleh karenanya harus disampaikan peringatan dan nasihat untuk menjelaskan pentingnya waktu dan bahayanya di kehidupan ukhti muslimah dan keseluruhan waktu hidupnya.

Hasan Al-Basri berkata,” Tiada suatu hari yang menyingsing fajar kecuali berseru, ‘Wahai anak adam! Aku ini makhluk yang baru, mempersiapkan amalmu, maka berbekallah amal dariku karena sesugguhnya apabila aku telah lewat tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat”.

Pertanyaan yang muncul darinya adalah: Apakah kewajiban-kewajiban ukhti muslimah berkenaan dengan waktunya?”

1. Menjaga (waktu)nya sebagaimana menjaga hartanya, bahkan lebih kuat daripadanya, rakus untuk menggunakan keseluruhan waktunya pada sesuatu yang bermanfaat untuknya dalam agamanya dan dunianya.

2. Hendaknya muslimah memanfaatkan waktunya dengan sesuatu yang terpenting, lalu yang penting, jangan sampai menyibukkan oleh yang rendah dari yang tinggi (utama).

3. Mensucikan dirinya dari banyak melakukan hal-hal yang mubah (boleh), memperbanyak melakukannya berarti menyia-nyiakan waktu jika tidak dihadirkan bersamanya niat untuk membalikkannya menuju taat.

4. Menjadikan malam-malam dan hari-hari yang telah lewat sebagai pelajaran untuk dirinya sendiri, karena malam dan siang akan menjadikan segala hal baru menjadi using, mendekatkan segala yang jauh, melipat umur, membuat yang kecil menjadi raemaja, dan mewafatkan yang tua.

5. Mengatur waktunya antara kewajiban dan aktifitas yang bermacam-macam, keagamaan maupun keduniaan.

6. Mengetahui  dan mengenali apa yang dituntut oleh  waktu berupa amalan hati , lisan dan anggota tubuh, agar bisa ditepat-tepatkan dan diusahakan pelaksanaanya.

7. Berusaha menempatkan waktu yang dipilih Allah dengan kekhususan ruhaniah yang tampak keutamaanya atas yang lain.

8. Mewaspadai terhadap segala perbuatan yang merusak dan mnghancurkan waktu.
Termasuk hak hari setelahmu wahai ukhti sekalian,adalah bahwa kau memakmurkannya
Dengan ilmu yang bermanfaat , amal-amal saleh , jangan kau tunda sampai besuk hari sehingga berlalu darimu waktu sekarang dan telah menjadi waktu lampau yang tak akan kembali selamanya.

Sumber:
Untaian Mutiamra Hikmah Bagi Para Muslimah - ‘Isham Bin Muhammad Asy-Syarif


Read More