13 March 2017

Aqidah : Tidak Ada Keraguan Dalam Kebenaran

Aqidah : Tidak Ada Keraguan Dalam Kebenaran

Menurut Hasan Al-Banna aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketrentaman dalam  jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.

Dari kedua definisi tersebut dapat dijelaskan point penting berikut:

Sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia maknanya Ilmu(kebenaran) dibagi menjadi dua, yaitu ilmu dlarury dan ilmu nazhary. Ilmu yang dihasilkan oleh indra dan tidak memerlukan dalil disebut ilmu dlarury, sedangkan ilmu yang memerlukan dalil atau pembuktian disebut ilmu nazhary.

Setiap manusia memiliki fitrah untuk mengakui kebenaran, maknanya indra untuk mencari kebenaran,akal untuk menguji kebenaran dan wahyu untuk menjadi pedoman dalam menentukan mana yang benar dan mana yang tidak.

Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan. Sebelum seseorang sampai ke tingkat yakin (ilmu) ia akan mengalami terlebih dahulu 3 tingkatan :

  1. Syak, (ragu), yaitu sama kuat antara membenarkan sesuatu atau menolaknya.
  2. Zhan, yaitu salah satu lebih kuat sedikit dari yang lainnya karena ada dalil yang menguatkannya.
  3. Ghalabatuzh zhan, yaitu cenderung lebih menguatkan salah satu karena sudah meyakini dalil kebenarannya.
  4. Yakin/ilmu, yaitu keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keraguan, keyakinan yang sudah sampai pada tingkat ilmu inilah yang disebut dengan ‘aqidah.

Aqidah harus mendatangkan ketrentaman jiwa, artinya sesuatu keyakinan yang belum dapat menentramkan jiwa berarti bukan aqidah.

Menolak segala sesuatu yang berlawanan dngan kebenaran, artinya bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat pemahamannya terhadap dalil.
Sebagian ulama berpendapat bahwa pembahasan pokok aqidah Islam berkisar pada aqidah yang terumuskan dalam rukun iman yang enam yaitu :

  • Iman kepada Allah
  • Iman kepada malaikat Allah
  • Iman  kepada Nabi dan Rasul Allah
  • Iman kepada kitab Allah
  • Iman kepada hari akhir dan 
  • Iman kepada Qada dan Qadar

Adapun sumber-sumber aqidah adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah dan tingkatan aqidah seseorang berbeda-beda, yaitu tingkat taqlid, ‘ilmu al-yaqin, ‘ain al-yaqin, dan haqul  yaqin.


  • Tingkat taqlid berarti menerima suatu kepercayaan dari orang lain tanpa diketahui alasannya. Sikap ini dilarang oleh agama islam sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah :

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu tidak akan diminta pertanggungjawabannya”( Q.S. Al-Isra:36)

  • Tingkatan yang kedua yaitu ‘ilmu al-yaqin, maksudnya suatu keyakinan yang diperoleh berdasarkan ilmu yang bersifat teoritis. Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah :

“Bermegah – megahan telah melalaikan kamu kamu. Sampai kamu masuk dalam kubur. Sekali – kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). Kemudian sekali – kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui. Sekali – kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti”( Q.S. At-Takatsur:1-5)

  • Tingkatan yang ketiga yaitu ‘ain al-yaqin, maksudnya suatu keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan mata kepala secara langsung tanpa perantara. Hal ini disebutkan dalam Firman Allah :

“Niscaya kamu akan benar – benar melihatnya dengan mata kepala sendiri. Kemudian kamu benar – benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu)”( Q.S. Al-Takatsur:6-7)

  • Tingkat ke empat yaitu haqul al-yaqin , maksudnya suatu keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan dan penghayatan pengalaman empiris. Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah :

“Jika dia (orang yang mati) itu termasuk yang didekatkan (kepada Allah). Maka dia memperoleh ketentraman dan rezeki serta surga (yang penuh) kenikmatan. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan. Maka, ‘Salam bagimu (wahai) dari golongan kanan!’ (sambut malaikat). Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan dan sesat. Maka dia disambut siraman air yang mendidih. Dan dibakar didalam api neraka. Sungguh, inilah keyakinan yang benar. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar”(Q.S. al-Waqiah:88-96)

Sumber :
Agama - Dr. Imron Rosyadi M.Ag.