20 March 2017

Islam Mengajarkan Untuk Menjaga lisan

Islam Mengajarkan Untuk Menjaga lisan

“Kebanyakan wanita meletakkan tangannya dimulutnya ketika ia sedang menangis dan lelaki akan meletakkan tangannya di matanya ketika ia sedang menangis, seolah-olah mereka mengetahui dari mana banyak terhasilnya dosa.” (Dr. Khalid Abd. Aziz Muhammad Al Jubair)

Ya, manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Setidaknya dengan menangis, Allah SWT sudah memberi isyarat kepada kita dari mana terhasilnya dosa yang paling banyak. Dari mata dan mulut saja sudah banyak dosa yang dihasilkan, belum lagi telinga, tangan, kaki, dan penyakit hati yang tak tampak. Astaghfirullah.

“Dan tidakkah nanti seseorang akan di seret ke neraka dengan wajah-wajah mereka (ditanah), terkecuali itu karena ulah lidah-lidah mereka.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim)

Rasulullah saw bersabda: “Sungguh  seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang diridhai Allah swt, ia tidak peduli ucapannya, maka Allah mengangkat karenanya beberapa derajat. Dan sungguh, seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang dibenci Allah, ia tidak memedulikannya, maka Allah swt melemparkannya ke api neraka karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka dari itu lebih baik diam dari pada membicarakan sesuatu yang tidak penting. Nabi saw bersabda: “Diam adalah bentuk ibadah yang paling tinggi.” (HR. Dailami, dari Abu Hurairah)

Imam Syafi’i pernah mengatakan: “Jagalah lisanmu! Jangan pernah menyebut kekurangan seseorang karena kamu pun mempunyai kekurangan dan orang lain mempunyai lisan. Jagalah matamu! Jika terlihat olehmu aib suatu kaum, katakanlah ‘hai mataku orang lain pun mempunyai mata’ “
Lantas apa sih perkara yang harus kita hindari berkenaan dengan menjaga lisan?

1.    Berbohong
Rasulullah saw bersabda: “Seorang mukmin jatuh pada kesalahan atau kebiasaan apa pun, kecuali khianat dan kebohongan.” (HR. Ahmad, Baihaqi, dan Syuabal Iman)

Adapun bolehnya  kita berbohong, yaitu sebagai berikut:
  1. Mendamaikan dua pihak yang berselisih
  2. Berbohong dalam strategi perang
  3. Memperbaiki hubungan antara suami istri (rumah tangga)
“Seorang yang berkata (bohong) unuk mendamaikan (dua orang yang berseteru), seorang yang mengucapkan kata-kata (bohong terhadap musuhnya) dalam peperangan, dan (kebohongan) suami terhadap istrinya (saat suami memuji istrinya) dan istri (memuji) terhadap suaminya.” (HR. Ahmad)

2.    Mencela
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil (orang) dengan gelar yang mengandung ejekan.” (QS. Al-Hujurat:11)

Berkenaan dengan dosa mencela, Rasulullah saw pernah mengingatkan Aisyah saat mengejek fisik Shafiyyah karena kecemburuannya. Nabi saw menegur Aisyah dengan berkata: “Sungguh engkau telah mengatakan satu kalimat, yang andaikan kalimat itu dicampur ke lautan maka ia akan mengubahnya.” (HR. Abu Dawud)

3.    Adu Domba (Namimah)
Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat, “Maukah kuberitahukan kepada kalian orang yang paling buruk? Para sahabat menjawab, “Tentu” Nabi saw bersabda, “Orang yang berbuat namimah, yang merusak hubungan orang yang saling mencintai.” (HR. Bukhari)

Perihal balasan bagi pelaku namimah, sunguh amatlah besar.

Diriwayatkan bahwa  rasulullah saw pernah melintasi kuburan lalu menjelaskan bahwa dua orang penghuni kubur itu sedang disiksa di alam kubur.

“Sesungguhnya keduanya tengah diazab. Keduanya tidak diazab karena dosa besar. Adapun salah seorang diantaranya adalah karena dia tidak membersihkan diri dari kencing, sedang yang lainnya adalah karena suka menyebarluaskan adu domba.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4.    Ghibah
“Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?” Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Kemudian beliau bersabda: “Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sasuatu yang dia benci.” Ada yang bertanya. “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau yang kami katakan itu betul-betul ada pada dirinya?” Beliau menjawab: “Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jiika apa yang kalian tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan suatu kedustaan).” (HR. Muslim).

Ghibah adalah perbuatan tercela yang dosanya amat besar, karena telah melanggar kehormatan sesama muslim.

Rasulullah saw: “Sesungguhnya dosa yang paling besar adalah jika seseorang melanggar kehormatan seorang muslim tanpa alasan yang dibenarkan (syariat).” (HR. Abu Dawud)

Sumber:
Kun Anta - @NegeriAkhirat