30 March 2017

Bagaimana Orang Beriman Memandang Kehidupan Dunia


Bagaimana Orang Beriman Memandang Kehidupan Dunia

Kehidupan dunia berikut kekayaannya, yang tak berharga dan yang amat kecil itu, memang sengaja dijadikan indah oleh Allah di mata orang-orang kafir. Demikian indahnya, sehingga mereka terpesona, enggan meninggalkannya, dan enggan melihat lebih jauh kepada hal-hal yang berada di belakangnya. Mereka tidak mengetahui nilai-nilai selain nilai duniawiyah itu.

Orang yang terpagar oleh ruang lingkup kehidupan duniawi ini, konsepsinya tidak mungkin dapat menjangkau kepentingan luhur yang disandang oleh seorang mukmin. Mereka tidak akan mampu menatap wawasan yang lebih jauh.

Seorang mukmin sering menganggap kecil kekayaan duniawiyah. Ini bukan karena mereka tidak merasa berkepentingan terhadapnya, juga bukan karena mereka bersikap vatalis yang tak ingin mengembangkan kehidupan. Akan tetapi, selain karena melakukan tugas sebagai khalifah di muka bumi, juga karena memandang “ kehidupan dunia” dari “atas mizan(tolok ukur) Allah”.

Orang-orang kerdil seperti orang-orang kafir yang tenggelam dalam lumpur kehidupan duniawi itu memandang orang-orang beriman secara skeptis. Mereka memandang orang-orang beriman itu seakan menganggap kecil kehidupan dunia dan menjauhi harta kekayaan.

Orang-orang kafir itu juga melihat orang-orang beriman hidup merana, berada dalam kesulitan, dan bahkan menolak kelezatan hidup dunia yang justru dianggap kecil oleh orang-orang beriman karena adanya tujuan yang lebih luhur.

Orang-orang kafir melihat semua itu bahwa orang-orang beriman adalah orang-orang hina dan gembel. Mereka tidak mengetahui rahasia dan cita-cita orang mukmin yang mulia. Oleh karenanya, wajar saja bila mereka memandang orang-orang mukmin itu hina, baik keadaanya, konsepsinya, maupun cara hidup yang ditempuhnya.

Mereka lupa bahwa mizan(tolok ukur) yang mereka pakai itu bukan mizan yang hak. Dalam menilai orang-orang mukmin, mereka menggunakan mizan dunia, mizan jahiliyah. Padahal mizan yang haq itu berada di tangan Allah. Allah melebihkan bobot mizan orang beriman menurut mizanNya.

Itulah mizan yang haq, yang ada di sisi Allah. Dengan demikian orang-orang mukmin mengetahui secara jelas arti nilai hakiki mereka dalam timbangan Allah. Yang penting, orang-orang mukmin harus maju terus tanpa perduli pada kedunguan orang-orang yang dungu. Kita tak perlu ambil pusing terhadap hinaan siapapun dan penilaian yang diberikan oleh orang-orang kafir.

Orang-orang beriman jelas lebih mulia dalam pandangan Allah di hari kiamat kelak. Mereka lebih mulia menurut kesaksian Allah Yang Maha Adil ketetapan hukumNya.

Allah melimpahkan kepada orang-orang beriman apa yang terbaik untuk mereka. Allah akan mencukupi seluruh rezeki mereka, dan menganugerahkan apa yang dipilihkan-Nya untuk mereka, baik di dunia maupun di akhirat sesuai dengan apa yang di pandangNya baik bagi mereka.

Allah adalah zat Yang Maha Memberi, Maha Menganugerahi nikmat kepada siaapa yang dikehendakinya, Allah melimpahkan Rahmat-Nya kepada orang yang dikehendakiNya. Diberikan-Nya sendiri semua itu tanpa ada orang yang bisa menilai apa yang dianugerahiNya. Di samping itu, seringkali karena adanya hikmat tertentu, Allah juga memberikan kenikmatan duniawi kepada orang-orang kafir. Namun apa yang diberikan-Nya kepada mereka tersebut tak ada istimewanya sama sekali. Allah memberikan kenikmatan kepada siapa saja yang dikehendakiNya dan yang dipilihNya, baik kenikmatan duniawi maupun ukhrawi. Semua anugrah itu datang dari sisi Allah semata, dan apa yang dipilihkan-Nya untuk orang-orang pilihan itu adalah suatu anugrah yang kekal dan mulia.

Kehidupan selamanya akan diwarnai oleh dua model manusia ini, yakni kelompok orang-orang beriman yang menerima nilai-nilai, mizan dan konsepsi Allah SWT (yang selanjutnya membebaskan mereka dari kekejian dan kekayaan dunia serta tujuan-tujuan remeh), dan sekelompok manusia yang menjadiakn kehidupan dunia indah di dalam pandangannya, sehingga mereka tak segan-segan menghambakan diri demi kekayaan dan nilai-nilainya (karena itu kepentingan dunia selalu menjeratnya).

Dari tempat yang tinggi, kaum muslimin selalu bisa menyaksikan orang yang terperosok itu, betapapun banyaknya harta dan kekayaan yang mereka miliki. Sementara orang-orang kafir merasa bahwa diri mereka telah dianugerahi kenikmatan-kenikmatan. Bahkan menurut pandangan mereka, orang mukmin adalah orang yang tidak mampu memperoleh kelezatan dunia tersebut,. Oleh karena itu mereka terkadang tak segan-segan menindas kaum mukmin, dan dalam kesempatan lain memandang hina, padahal sebenarya mereka sendirilah yang justru paling berhak menduduki kehinaan.

Sumber :
Hidup Damai Dalam Islam - Sayyid Quthb