Jika dilakukan penelusuran secara seksama, paling tidak ditemukan 7 pelajaran dalam bidang iptek yang terdapat pada Al-Qur’an yaitu:
Penggalian lubang di tanah, menguburkan tanah dan menimbuninnya, seperti yang dipelajari Qabil dari perbuatan gagak, setelah ia membunuh saudara kandungnya, si Habil (Q.S. al-Maidah: 30-31
Pembuatan, melayarkan dan melabuhkan kapal oleh Nabi Nuh a.s. pada masa menjelang waktu air bah datang, sehingga terjadi banjir besar. (Q.S. Hud:36-44)
Menyucikan, meninggikan pondasi, dan membangun Baitullah oleh Nabi Ibraahim a.s., dibantu oleh Ismail (Q.S. al-Baqarah: 124-132)
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan hasil bumi oleh Nabi Yusuf(Q.S. Yusuf: 55-56)
Pelunakan besi dan pembuatan baju besi, serta pengendalian dan pemanfaatan bukit-bukit dan burung-burung oleh Nabi Daud a.s. (Q.S.Al-Anbiya:80 dan Saba’: 10-11)
Komunikasi dengan burung, semut dan jin, pemanfaatan tenaga angin untuk transportasi, tenaga burung untuk komunikasi, mata-mata untuk tentara, pemanfaatan tenaga jin untuk tentara , penyelam laut, membangun konstruksi bangunan, patung, kolam dan pencairan tembaga oleh Nabi Sulaiman(Q.S. al-Anbiya:81-82, al-Naml:15-28, Saba’:12-13, dan Shad: 34-40)
Penyembuhan orang buta, berpenyakit lepra, dan telepati oleh Nabi Isa a.s. (Q.S. Ali-Imran:49-50, al-Maidah: 110).
Ahmad Watik praktiknya dan Muhammdi, menangkap respon umat Islam dalam mensikapi perkembangan Iptek walaupun dengan redaksi yang berbeda, tetapi tetap dalam substansi yang sama. Menurutnya ada 2 sikap, yang pertama, melihat berbagai perkembagan iptek dan kecenderungannya secara utopisik, oportunistik berlebihan, dan beranggapan mestinya begitulah kehidupan modern. Mereka menggap perubahan iptek sebagai variable perubahan yang bersifat mutlak dan dominan. Kedua, melihat berbagai perkembagan iptek dan kecenderungannya secara mutlak secara distoistik, pesimis dan cemas belebihan. Mereka melihat perkembangan iptek sebagai sumber bencana bagi masa depan manusia, dan penuh dengan kekhawatiran Iptek akan mencerabut kebudayaan manusia dari akarnya, mencerabut nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.
Bagaimana dengan Al-Qur’an, apakah mengandung ajaran- ajaran tentang Iptek secara kongkrit,definitife, dan rinci? Dalam al-Qur’an ditemukan tidak kurang dari 10% ayat-ayatnya merupakan rujukan kepada fenomena alam. Namun demikian, ada 2 pandangan tentang keutuhan materi al-Qur’an yang berkenaan dengan Iptek.
Pandangan pertama, mengatakan bahwa al-Qu’an memuat seluruh bentuk pengetahuan termasuk disiplin-disiplinnya. Pandangan ini karena menempatkan al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan utamanya adalah untuk menunjukkan mukjizat al-Quran dalam lapangan keilmuan untuk meyakinkan orang-orang non muslim akan keagungaan dan keunikan al-Qur’an, dan untuk menjadikan kaum muslimin bangga memiliki kitab suci. yang masuk dalam kelompok pertama ini misalnya Al-Ghazali, dalam kitab Ihya ‘Ulum al-Din, ia mengutip kata-kata ibnu Mas’ud:”Jika seseorang ingin memiliki pengetahuan masa lampau dan pengetahuan modrn, selayaknya dia merenungkaan Al-Qur’an.
Tokoh lainnya adalah, al-Suyuthi dalam Kitabnya, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qu’an, mengatakan al-Qur’an mencakup ilmu baik yang bersifat klasik maupun yang tergolong modern.(Q.S.al-An’am:38,an-Nahl:89). Juga dikemukakan oleh Abd. Al-Rahman al-kawakibi dalam kitabnya Thab’ al-Istibdad ( Hakikat Depotisme): “pada abad-abad sekarang, sains telah mengungkapkan berbagai fakta dan ini semua dinisbahkan pada penemunya, orang-orang Eropa dan Amerika. Tapi mereka yang menelaah Al-Qur’an dengan cermat akan menemukan bahwa fakta-fakta tersebut dinyatakan secara eksplisit dan implicit dalam al-Qur’an sejak 13 abad yang lalu. Begitu juga dengan Maurice Bucaille dalam bukunya , The Bible, The Qurr’an, and The Science, lebih tegas mengatakan bahwa, “al-Qur’an memiliki kesesuaian yang sempurna dengan sains modern, pengetahuan sains modern memberi kesempatan untuk memahami ayat-ayat al-Qur’an, dimana ayat-ayat itu sampai dewasa ini tidak mungkin ditafsirkan”.
Pandangan kedua mengatakan bahwa tidaklah benar menafsikan kata-kata al-Qur’an dengan cara yang tidak diketahui oleh orang-orang Arab pada masa Nabi, al-Qur’an tidak diwahyukan untuk mengajari kita sains dan teknologi, tapi merupakan kitab petunjuk. Masalah Iptek diluar tujuan diwahyukan al-Qur’an, sains belum mencapai tingkat keemajuan yang sempurna, maka tidak benar menafsirkan al-Qur’an menurut teori-teori yang dapat berubah, dan sudah menjadi kehendak Allah,manusia dapat menemukan rahasia-rahasia alam dengan menggunakan indera dan daya intelektualnya.
Dua pandangan yang terlihat kontradiktif tersebut, ada pandangan ketiga yang dikemukakan oleh Syikh Musthafa al-Maraghi, dalam pengantar buku Ismail Pasha berjudul Islam and Modern Medicine. Dikatakan “Bukanlah maksud saya untuk mengatakan bahwa Kitab Suci ini mencakup secra rinci atau ringkas seluruh sains dalam gaya buku-buku teks, tapi saya ingin mengatakan bahwa al-Qur’an mengandung prinsip umum”.
Yang perlu digaris bawahi dari berbagai pandngan di atas adalah bahwa al-Qu’an tetap diletakkan sebagai kitab petunjuk dalam kehidupan manusia yang di dalamnya terdapat prinsip-pinsip umum dan etik tentang iptek. Sementara perumusan dan perincian iptek sampai pada tingkat penerapannya tergantung pada manusia itu sendiri. Karena manusia dengan akalnya mampu membedakan yang baik dan benar, yang membawa maslahah atau kehancuran. Tapi ingat, semua yang dikerjakan oleh manusia akan dimintai pertanggungjawaban di hadadap Allah. Jika ia mengembangkan iptek untuk kemaslahatan umat manusia (baik) maka surge balasannya sementara kalau iptek digunakan untuk menghancurkan peradaban umat manusia, neraka sebagai tempat kembalinya.
Sumber :
Islam dan Iptek - Dr. Sudarno Shobron, M.Ag.