18 March 2017

Keutamaan Malu Dan Celakanya Orang Yang Sombong

Keutamaan Malu Dan Celakanya Orang Yang Sombong

Malu yang dimaksud disini bukanlah ketidakpercayaan pada diri sendiri. Misalnya seperti malu ketika akan tampil di depan orang banyak. Malu ketika ingin bertanya di dalam kelas. Malu yang dimaksud disini merupakan sikap yang mulia, yang perlu dimiliki oleh setiap muslim.

Dan juga mengenai sikap sombong yang mungkin kita juga masih salah dalam memaknainya selama ini. Mungkin kita masih berfikiran bahwa sombong merupakan perbuatan untuk terlihat baik di mata orang lain. Sombong yang dimasksud disini adalah perbuatan yang sangat tercela, bahkan mengarah ke pada kekufuran.

Berikut terdapat hadits – hadits berkaitan dengan kemuliaan rasa malu dan keburukan dari sikap sombong


Dari Ibnu Umar ra, ia berkata: “Raslulllah saw melewati seorang Anshar yang sedang memberi nasihat kepada saudaranya karena pemalu, lalu beliau saw bersabda: “Biarkan ia pemalu! Sesungguhnya malu itu sebgaian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Imran bin Hushain ra, ia berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Perasaan malu selalu mendatangkan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari riwayat Muslim dikatakan: “Setiap persaan malu mengandung kebaikan.”

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Cabang iman ada enam puluh lebih, atau tujuh puluh lebih, yang paling utama adalah ucapan: LAA ILAAHA ILLALLAAH (Tidak ada Tuhan selain Allah), dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Sedangkan malu adalah bagian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra, ia berkata: Rasulullah saw sangat pamalu, melebihi seorang gadis yang dipingit. Ketika melihat sesuatu yang tidak beliau sukai, kami dapat mengetahui melalui raut wajahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Para ulama  berpendapat: “Hakikat malu adalah budi pekerti yang mengajak agar meninggalkan kejelekkan dan mencegah dari mengurangi hak orang lain.”

Dalam riwayat Abul Qasim Al Junaid ra, ia berkata: “Malu adalah memandang kebaikan dan melihat kekurangan diri sendiri. Dari kedua pandangan itu, lahirlah perasaan yang dinamakan malu.”

Allah ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong.” (Al-Israa”: 37)
Allah Ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombonng lagi membanggakan diri.” (Luqman:18)

Dari Abdullah bin Mas’ud ra, dari Nabi saw, beliau bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong, walaupun hanya sebesar atom. “Ada seorang laki-laki berkata: “Sesungguhnya seseorang itu suka berpakaian yang bagus-bagus dan sandal yang bagus pula.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah, suka pada keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia.” (HR.Muslim)

Dari Salamah bin Al-Akwa’ ra, ia berkata: “Ada seorang laki-laki makan dihadapan Rasulullah saw dengan menggunakan tangan kirinya, kemudian beliau bersabda: “Makanlah dengan menggunakan tangan kanannmu!” Laki-laki itu menjawab: “Saya tidak bisa.” Beliau bersabda lagi: “Kamu tidak bisa, karena kesombonganmu.” Salamah berkata: “Kemudian laki-laki itu, tidak bisa mengangkat tangannya kemulut.” (HR. Muslim)

Dari Haritsah bin Wahb ra, ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Maukah kalian aku beritahu tentang penghuni neraka? Yaitu setiap orang yang berlaku kejam, rakus, dan sombong.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat. (Ingatlah)! Ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu banggga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” Dan carilah pada apa yang telah dianugerah Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Ta’ala berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berbuat kerusakan.

Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta, karena aku mempunyai ilmu.” Dan apakah ia tidak mengetahui, sesungguhnya Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya, yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya.

Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: Mudah-mudahan kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar- benar mempunyai keberuntungan yang besar.”

Berkatalah orang-orang yang telah dianugerahi ilmu: “Kecelakaan besar yang akan menimpamu. Padahal Allah itu adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali orang-orang yang sabar.” Maka Kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada satu golonganpun yang menolongnya dari azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (Al-Qashash: 76-81)

Dari hadits – hadits tersebut dapat kita ambil sebagai pelajaran bahwa malu adalah perbuatan untuk meninggalkan kejelekkan. Mari kita tumbuhkan rasa malu pada diri kita, menjadi orang yang segan ketika akan melakukan kemaksiatan.

Dan dengan kita mengetahui apa itu sombong, semoga kita sebagai muslim harus menghindari sikap tersebut. Sikap menolak kebenaran merupakan tanda bahwa hati seseorang itu sedang sakit atau bahkan yang terburuk adalah hati itu sudah mati. Sehingga sombong akan mengarahkan kita kepada kekufuran. Semoga kita dijauhkan oleh Allah dari sikap sombong.
Semoga artikel ini bermanfaat. Tetap istiqomah dalam belajar Islam.

Sumber:
Riyadhus Shalihin - Imam Nawawi