Waspadai Rintangan-Rintanganmu - Assalamu'alaikum. Dalam berusaha pasti tidak ada yang mulus, selalu ada rintangan yang menyertainya. Namun apakah rintangan itu datang begitu saja atau rintangan itu datang dari sikap kita yang kurang baik? Berikut rintangan-rintangan yang dihadapi generasi muda kita:
1. Lemahnya hubungan dengan Allah
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo’a apabila ia berdo’a kepadaKu. Maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendakklah mereka beriman kepada Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah:186)
Kedekatan seorang hamba dengan Allah yaitu, ketika sang hamba mengangkat kedua tangannya, lalu Allah mendengarnya dan mengabulkan do’a nya. Diantara hubungan yang paling besar adalah ketika shalat.
Diantara bentuk hubungan dengan Allah lainnya adalah do’a. Ini yang hilang dari kita. Semestinya kita selalu mengangkat telapak tangan kita kepada Allah Yang Maha Tunggal dan Maha Esa. Sebab, Allah senang bila kita memohon kepada Nya dan murka jika kita meninggalkan memohon kepadaNya.
“Berdo’alah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan bersuara yang lembut. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al-A’raf:55).
Sehingga menjadi kewajiban kita, wahai seluruh pemuda Islam, memperbanyak dan menguatkan hubungan dengan Allah. Termasuk juga hubungan kepada Allah yaitu dzikir, dengan berdzikir dan bertahmid kepada Allah SWT. Khususnya ketika menghadapi sarana-sarana yang menggoda, merusak, serta memiliki misi menghancurkan pemuda muslim. Dan diantara sebab eratnya hubungan kepada Allah adalah membaca Al-Qur’an.
2. Tidak ada perhatian dalam memahami agama
Sebagian besar pemuda, diantara mereka mencintai Allah, Rasulullah, dan negeri akhirat. Mereka memiliki gambaran global dan umum tentang Islam. Namun, banyak di antara mereka yang tidak memiliki pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at, pemahaman tentang agama, dan pendalaman syari’at.
Mereka memang menghadiri ceramah-ceramah umum. Namun hanya sedikit saja yang datang kepada ulama di antara mereka, mau membaca sebuah buku dihadapan ulama, membahas masalah-masalah syari’at, menghapal hadits-hadits Nabi beserta takhrij-nya (periwayatan dan kedudukan hadits), atau mengetahui permasalahan lengkap dengan dalilnya.
Hal ini merupakan suatu kekurangan.
“Barang siapa dikehendaki Allah memperoleh kebaikan, niscaya Allah akan menanamkannya tentang agama.” (HR. Bukhari Muslim)
Wahai para pemuda Islam, wahai para pemandu dakwah, wahai para pemegang prinsip kita diharapkan menyambut ilmu syariat dan pendalaman tentang agama dengan sempurna. Alhamdulillah, di setiap kota ada ulama-ulama yang selalu mengajarkan ilmunya. Namun masalahnya, kita tidak pernah membaca dan tidak suka membaca, kecuali orang yang dirahmati Allah. Seorang Yahudi, Mosyi Dayyan berkomentar,” Arab adalah bangsa yang tidak membaca.: Maksudnya, dibeberapa rentang waktu tertentu.
3. Lemah cita-cita
Banyak diantara pemuda menganggap dirinya “diluar peta”, menganggap orang-orang tidak melihatnya, dan menganggap tugas dibebankan untuk orang lain.
Jika anda bertanya kepadanya, “Mengapa kamu tidak menempa diri agar menjadi mufti di daerahmu?” Ia tentu menjawab,” Kita sudah cukup dengan qadhi (hakim-hakim) agama.”
Mengapa anda tidak menjadi khatib (penceramah agama)? Ia tentu menjawab, “ Penceramah-penceramah sudah banyak tersebar?”
Lalu dimana posisi Anda? Apa peran anda dalam hidup ini?a yang akan anda katakan kelak kepada Allah bila anda dimintai Nya pertanggungjawaban? Allah SWT berfirman,
” Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, meskipun dia mengemukakan alasan-alsannya.” (Al-Qiyamah: 14-15)
Tidak mesti setiap kita menjadi khatib, dai, atau penyair. Tidak. Sebab berbagai bidang terbentang di hadapan dan banyak jalan berbuat baik bisa dilakukan. Yang penting, Anda melihat beberapa potensi dan kemampuan Anda. Selanjutnya Anda bergerak untuk kemajuan Islam, sebatas potensi dan kemampuan yang Anda miliki itu.
Sumber:
Selagi Masib Muda - Dr. A’idh Al-Qarni, M.A.