Sekarang coba kita membayangkan menjadi orang yang sedang berada di persimpangan dan menemui ada dua jalan yang membentang dihadapannya. Lalu ketika hendak memilih salah satu jalan, kita melihat banyak orang berbondong – bondong memilih jalan yang bukan kita pilih. Disinilah saat dimana mulai muncul keraguan, keraguan apakah kita tetap berada pada jalan yang sudah kita pilih? atau memilih jalan yang banyak orang berada diatasnya.
Sebenarnya keraguan itu bisa kita atasi dengan cara kita mengetahui apa yang ada di ujung kedua jalan itu. Jadi tidak menjadi masalah jalan mana yang akan kita pilih atau berapa banyak orang yang memilih jalan itu. Selama kita tahu tentunya tidak menjadi hal sulit bagi kita untuk memilih jalan mana yang akan kita lewati. Kita bisa mengatakan, “Owh, jalan yang ini mengarah pada sesuatu yang baik sedangkan jalan yang itu menuju pada sesuatu yang buruk, kalo begitu aku pilih jalan yang ini saja”.
Tetapi ada satu masalah lagi yang muncul. Kita tahu jalan mana yang baik tapi tidak memilih jalan yang baik itu. Kita lebih memilih bersama orang banyak sekalipun kita tahu ada kehancuran, dan keburukan yang ada diujung. Apakah tidak masalah kita mengalami hal buruk asalkan kita bersama banyak orang?
Hal – hal Itulah yang sedang saya rasakan saat ini. Banyak orang yang melakukan maksiat sekalipun mereka tau apa yang akan mereka dapatkan ketika melakukannya. Mereka melakukannya karena ada banyak orang yang bersama mereka dan mereka menafikan kebenaran yang mereka ketahui.
Banyak anak muda di zaman sekarang yang berpacaran Mereka melakukannya karena banyak orang juga melakukannya. Mereka mengerti adanya dampak buruk dari pacaran, mereka juga sudah tahu jika ada banyak korban karena pacaran. Mereka tahu semua itu, mereka tidak bodoh. Mereka seperti mengatakan, ‘Tidak masalah, semua orang juga melakukannya’.
Jika begitu, berarti tidak masalah Allah murka terhadap diri kita asalkan banyak orang yang bersama kita. Tidak masalah kita berdosa asalkan banyak orang melakukan hal yang sama dengan kita. Sudah seharusnya kita menyadari bahwa kebenaran itu tidak terletak pada banyaknya orang yang berada diatasnya. Sedah saatnya kita teguh berada di atas jalan yang kita yakini kebenarannya, jalan yang kita tahu diujungnya nanti adalah kebaikan. Tidak masalah meskipun kita hanya seorang diri berada di jalan itu, sedangkan di jalan lain yang kita yakini keburukannya lebih banyak ditempuh oleh orang banyak.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145).
Tujuan kita adalah meraih ridho Allah, celaka bagi kita jika melakukan sesuatu dimana Allah tidak meridhoi hal itu. Islam telah menjelaskan hal apa yang dapat memicu murka Allah dan hal apa saja yang diridhoi-Nya. Jangan menjadi orang yang membohongi diri sendiri dengan menolak kebenaran. Sekali lagi, kebenaran tidak terletak pada banyaknya orang yang berada diatasnya.