Karena Hukum Alam Tidak Pernah Berubah - Tahukah Anda, meskipun terjadi pencemaran luar biasa yang menimpa lingkungan kita, namun alam tetap pada tabiatnya, tidak pernah berubah, terutama yang berkaitan dengan undang-undang yang berlaku pada alam?
Pernahkah Anda mencoba menebar benih diatas tanah pertanian, namun ia tidak tumbuh?
Pernahkan Anda berlayar dengan perahu dengan mengikuti arah angin, namun perahu itu tidak bisa berjalan?
Banyak sekali kejadian disekeliling kita, namun kita hanya membiarkannya berlalu tanpa mengerti bahwa ada pesan yang ingin disampaikan oleh alam kepada kita, sehingga kita bisa mengambil sikap.
Dikisahkan ada seorang bijak yang melakukan perjalanan dan meninggalkan kota bersama anaknya, sekedar ingin tahu cuaca dan suasana kehidupan diluar kota yang dibalut dengan udara bersih, jauh dari keramaian kota.
Dua orang tersebut menelusuri sebuah lembah yang sangat dalam, yang dikelilingi oleh gunung-gunung yang menjulang tinggi.
Di tengah perjalanan, si kecil kecapekan untuk berjalan dan terjatuhlah ia dipelukan sang ayah. Anak kecil itu berteriak keras merasa kesakitan, “Aaaahh.”
Tiba-tiba ditempat lain (yang cukup jauh) dari lembah tersebut terdengar suara jeritan yang mirip dengan jeritan si kecil, “Aaaaahh.”
Si kecil akhirnya melupakan rasa sakitnya dan dengan cepat menanyakan dari mana sumber suara itu dan berteriak, “Siapa kamuuuu...?”
Kemudian disambut dengan jawaban yang sama, “Siapa kamuuuu...?”
Si kecil tadi kagetmdengan jawaban yang sama. Ia sangat terkejut dengan jawaban yang bernada tantangan itu. Ia membalasnya dengan mengatakan, “Justru saya yang bertanya, kamu ini siapa?”
Sekali lagi, jawaban yang ia dengar tidak lain sama kasarnya dengan pertanyaan yang ia lontarkan, “Justru saya yang bertanya, kamu ini siapa?”
Maka si kecil akhiranya tuidak bisa mengontrol emosinya setelah sekian lama berhadapan. Ia pun berteriak keras dengan penuh kemarahan, “Kamu pengecut!”
Dengan volume yang sama kerasnya, suara itu membalasnya, “Kamu pengecut!”
Mulai detik itu, ia menyadari bahwa akan ada pelajaran baru yang harus ia petiik dari fase kehidupannya. Ia harus belajar dari ayahnya tercinta yang bijak, yang sejak awal perjalanan tidak ingin ikut campur dengan apa yang dilakukan oleh anaknya.
Sang anak mulai mencoba mengendalikan keamarahnya dan menanyakan kepada ayahnya, apa arti semua kejadian ini, sehingga ia bisa memetik pelajaran darinya.
Seperti biasanya, sang ayah yang bijak itu senantiasa menyikapi setiap kejadian dengan penuh hikmah. Ia meminta si kecil agar memperhatikan jawaban yang akan ia dengar ketika sang ayah meneriakkan sesuatu.
Ia berteriak, “Saya menghormatimu.”
Maka jawaban yang didengar pun sama persis dengan kata-kata yang diteriakkannya dan dengan nada yang sama, “Saya menghormatimu.”
Si kecil sangat heran dengan jawaban yang berebeda dengan saat ia berteriak. Sang ayah kemudia meneruskan eksperimen ini . ia meneriakkan, “Sungguh, anda sangat menarik.”
Jawaban yang ia dengar juga sama persis dengan kata-kata yang diteriakkan sang ayah, “Sungguh, anda sangat menarik.”
Si kecil terheran-heeran dengan semua yang ia dengar. Hanya saja ia masih belum bisa memahami apa rahasia dari perubahan jawaban yang ia dengar. Ia terdiam seribu bahasa, merenungi dengan serius makna di balik semua peristiwa ini, sambil menunggu penjelasan dari sang ayah.
Sang ayah yang bijak kemudia mengomentari semua kejadian itu dengan kata-kata hikmahnya, “Hai anakku tercinta, kejadian alamiah ini dinamakan ‘gema’.”
Hal seperti ini tidak lain menjadi bukti nyata bahwa balasan itu sesuaui dengan perbuatan yang dilakukan. Barangsiapa berbicara, maka ia akan mendengar efek ucapannya. Barangsiapa menanam benih, maka ia pun akan memetik hasil dari benih yang ditanam. Barangsiapa berlayar sesuai arah angin, maka ia akan ampai pada tempat yang ia tuju. Barangsiapa bekerja keras, maka ia akan mendapat balasan dari keringat dan kelelahannya.
Sumber:
Dahsyatnya Optimis - Mustofa Kamal