30 March 2017

Bagaimana Orang Beriman Memandang Kehidupan Dunia


Bagaimana Orang Beriman Memandang Kehidupan Dunia

Kehidupan dunia berikut kekayaannya, yang tak berharga dan yang amat kecil itu, memang sengaja dijadikan indah oleh Allah di mata orang-orang kafir. Demikian indahnya, sehingga mereka terpesona, enggan meninggalkannya, dan enggan melihat lebih jauh kepada hal-hal yang berada di belakangnya. Mereka tidak mengetahui nilai-nilai selain nilai duniawiyah itu.

Orang yang terpagar oleh ruang lingkup kehidupan duniawi ini, konsepsinya tidak mungkin dapat menjangkau kepentingan luhur yang disandang oleh seorang mukmin. Mereka tidak akan mampu menatap wawasan yang lebih jauh.

Seorang mukmin sering menganggap kecil kekayaan duniawiyah. Ini bukan karena mereka tidak merasa berkepentingan terhadapnya, juga bukan karena mereka bersikap vatalis yang tak ingin mengembangkan kehidupan. Akan tetapi, selain karena melakukan tugas sebagai khalifah di muka bumi, juga karena memandang “ kehidupan dunia” dari “atas mizan(tolok ukur) Allah”.

Orang-orang kerdil seperti orang-orang kafir yang tenggelam dalam lumpur kehidupan duniawi itu memandang orang-orang beriman secara skeptis. Mereka memandang orang-orang beriman itu seakan menganggap kecil kehidupan dunia dan menjauhi harta kekayaan.

Orang-orang kafir itu juga melihat orang-orang beriman hidup merana, berada dalam kesulitan, dan bahkan menolak kelezatan hidup dunia yang justru dianggap kecil oleh orang-orang beriman karena adanya tujuan yang lebih luhur.

Orang-orang kafir melihat semua itu bahwa orang-orang beriman adalah orang-orang hina dan gembel. Mereka tidak mengetahui rahasia dan cita-cita orang mukmin yang mulia. Oleh karenanya, wajar saja bila mereka memandang orang-orang mukmin itu hina, baik keadaanya, konsepsinya, maupun cara hidup yang ditempuhnya.

Mereka lupa bahwa mizan(tolok ukur) yang mereka pakai itu bukan mizan yang hak. Dalam menilai orang-orang mukmin, mereka menggunakan mizan dunia, mizan jahiliyah. Padahal mizan yang haq itu berada di tangan Allah. Allah melebihkan bobot mizan orang beriman menurut mizanNya.

Itulah mizan yang haq, yang ada di sisi Allah. Dengan demikian orang-orang mukmin mengetahui secara jelas arti nilai hakiki mereka dalam timbangan Allah. Yang penting, orang-orang mukmin harus maju terus tanpa perduli pada kedunguan orang-orang yang dungu. Kita tak perlu ambil pusing terhadap hinaan siapapun dan penilaian yang diberikan oleh orang-orang kafir.

Orang-orang beriman jelas lebih mulia dalam pandangan Allah di hari kiamat kelak. Mereka lebih mulia menurut kesaksian Allah Yang Maha Adil ketetapan hukumNya.

Allah melimpahkan kepada orang-orang beriman apa yang terbaik untuk mereka. Allah akan mencukupi seluruh rezeki mereka, dan menganugerahkan apa yang dipilihkan-Nya untuk mereka, baik di dunia maupun di akhirat sesuai dengan apa yang di pandangNya baik bagi mereka.

Allah adalah zat Yang Maha Memberi, Maha Menganugerahi nikmat kepada siaapa yang dikehendakinya, Allah melimpahkan Rahmat-Nya kepada orang yang dikehendakiNya. Diberikan-Nya sendiri semua itu tanpa ada orang yang bisa menilai apa yang dianugerahiNya. Di samping itu, seringkali karena adanya hikmat tertentu, Allah juga memberikan kenikmatan duniawi kepada orang-orang kafir. Namun apa yang diberikan-Nya kepada mereka tersebut tak ada istimewanya sama sekali. Allah memberikan kenikmatan kepada siapa saja yang dikehendakiNya dan yang dipilihNya, baik kenikmatan duniawi maupun ukhrawi. Semua anugrah itu datang dari sisi Allah semata, dan apa yang dipilihkan-Nya untuk orang-orang pilihan itu adalah suatu anugrah yang kekal dan mulia.

Kehidupan selamanya akan diwarnai oleh dua model manusia ini, yakni kelompok orang-orang beriman yang menerima nilai-nilai, mizan dan konsepsi Allah SWT (yang selanjutnya membebaskan mereka dari kekejian dan kekayaan dunia serta tujuan-tujuan remeh), dan sekelompok manusia yang menjadiakn kehidupan dunia indah di dalam pandangannya, sehingga mereka tak segan-segan menghambakan diri demi kekayaan dan nilai-nilainya (karena itu kepentingan dunia selalu menjeratnya).

Dari tempat yang tinggi, kaum muslimin selalu bisa menyaksikan orang yang terperosok itu, betapapun banyaknya harta dan kekayaan yang mereka miliki. Sementara orang-orang kafir merasa bahwa diri mereka telah dianugerahi kenikmatan-kenikmatan. Bahkan menurut pandangan mereka, orang mukmin adalah orang yang tidak mampu memperoleh kelezatan dunia tersebut,. Oleh karena itu mereka terkadang tak segan-segan menindas kaum mukmin, dan dalam kesempatan lain memandang hina, padahal sebenarya mereka sendirilah yang justru paling berhak menduduki kehinaan.

Sumber :
Hidup Damai Dalam Islam - Sayyid Quthb

Read More

Ummu Aiman : Sang Pengasuh Rasulullah SAW

Ummu Aiman : Sang Pengasuh Rasulullah SAW

Ummu Aiman adalah salah seorang wanita yang mengasuh dan menemani kekasih serta junjungan kita, Rasulullah saw, yang menemani beliau saat-saat sulit yaitu ketika beliau menjalani hidup sebagai anak yatim yang saat ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib meninggal dunia saat Rasulullah masih berada dikandungan. Kemudian selang beberapa waktu setelah itu saat Rasulullah saw berumur enam tahun ibunda tercinta, Aminah binti Wahab juga harus pergi menghadap kepada sang khalik. Ummu Aiman yang melihat Rasulullah saw menangis dipusaran sang ibunda tercinta tak tega melihatnya, lalu mendekatinya dan memeluknya.

Ummu Aiman atau yang memiliki nama asli Barakah binti Tsa’labah adalah seorang pembantu Sayyidah Aminah ibunda Rasulullah saw, yang membantu dalam mengasuh Rasulullah saat kecil.
Suatu ketika Sayyidah Aminah pergi mengunjungi keluarganya di Yatsrib (Madinah) dengan mengajak serta putra tercinta, Muhammad saw dan pembantunya, Ummu Aiman. Namun ditengah perjalanan kembali dari Yatsrib , Sayyidah Aminah mendadak jatuh sakit, tepatnya disebuah daerah dekat Mekah yang dikenal dengan nama al- Abwa’. Hal ini menyebabkan Sayyidah Aminah tidak mampu melanjutkan perjalanan pulang hingga akhirnya ia meninggal dunia dan jenazahnya pun dimakamkan di tempat tersebut. Tidak ada jalan lain bagi Ummu Aiman kecuali harus membawa putra Sayyidah Aminah yang sedang berduka kembali ke Mekkah dan membawanya ke rumah sang kakek, Abdul Muthalib. Di hadapan Abdul Muthalib, Ummu Aiman menceritakan apa yang telah terjadi pada diri Sayyidah Aminah. Lalu, Abdul Muthalib meminta Ummu Aiman agar bersedia tinggal di rumahnya untuk merawat dan mengasuh putra Sayyidah Aminah seperti yang sebelumnya ia lakukan ketika sayyidah Aminah masih hidup.

Lalu, Ummu Aiman pun merawat dan mengasuh Muhammad kecil dengan sangat baik. Bahkan ia berusaha untuk mampu menggantikan posisi Sayyidah Aminah bagi putranya, Muhammad kecil. Ummu Aiman berusaha agar Muhhamad kecil merasa seolah-olah tidak kehilangan ibunda dan berusaha agar beliau tidak segan-segan memanggil dirinya dengan panggilan ‘Ibunda’. Hingga Rasulullah saw pernah berkata tentang Ummu Aiman, ‘ Ia, maksudnya Ummu Aiman adalah salah satu Ahlul Baitku yang tersisa.

Lalu tibalah masa Rasulullah menikah dengan Sayyidah Khadijah binti Khuwailid. Ummu Aiman pun merasa tenang, karena Rasulullah saw  yang sebelumnya ia asuh sekarang telah berada di bawah asuhan dan perlindungan seorang wanita terhormat yang memiliki sebuah kedudukan yang belum pernah mampu diraih oleh para wanita Quraisy lainnya. Oleh karena itu, Ummu Aiman pun memutuskan untuk menikah dan  mengambil bagian dari kehidupan dunia ini. Waktu itu laki-laki yang datang memingangnya adalah Ubaid bin Zaid dari bani Harits bin al-Khazraj. Ummu Aiman pun menerima pinangan tersebut dan bersedia menikah dengannya setelah sebelumnnya ia meminta izin dan restu terlebih dahulu dari Rasulullah saw dan beliau pun menyambut gembira pernikahan Ummu Aziman tersebut dan memberkahinya. Ummu Aiman pun menikah dengan Ubaid bin Zaid dan dikaruniai anak bernama Aiman.

Allah swt menurunkan risalah Islam kepada Rasul-Nya, Muhammad saw dan memerintahkan untuk menyebarkannya secara diam-diam. Setelah beberapa waktu beliau menyebarkan Islam secara diam-diam, akhirnya Allah swt memerintahkan  agar beliau menyebarkan secara terang-terangan. Ummu Aiman dan suaminya pun masuk Islam dan bangsa Quraisy mulai mengganggu dan menyakiti siapa saja yang berani meninggalkan agama nenek moyangnya dan menjadi pengikut agama baru yang dibawa oleh Rasulullah saw. Tatkala sikap permusuhan bangsa Quraisy terhadap kaum muslimin sudah mencapai puncaknya, Rasulullah saw mengizinkan  kepada kaum Muslimin untuk hijrah ke tanah Yatsrib setiap ada kesempatan, dengan cara menyelinap pada malam hari. Hal ini dikarenakan waktu itu bangsa Quraisy memang sengaja mengurung dan menyiksa para hamba sahaya mereka yang berani masuk Islam dengan tujuan agar mereka kembali lagi ke agama mereka semula.

Pada suatu hari tatkala cuaca sangat panas, Ummu Aiman yang saat itu sedang berpuasa memutuskan untuk pergi hijrah ke Madinah al-Munawwarah. Waktu itu Ummu Aiman pergi memulai perjalanannya tanpa membawa bekal apapun. Di tengah perjalana, udara panas mulai membuatnya lemah dan rasa haus yang amat sangat mulai menyerang dirinya, ketika sampai di daerah yang bernama ar-Rauha’ (daerah yang terletak antara Mekah dan Madinah) ia sudah tidak memiliki kekuatan lagi karena kelelahan akhirnya ia berhenti da tertidur. Di tengah-tengah tidurnya, tiba-tiba ada sebuah timba yang dijulurkan dari atas langit dengan menggunakan tambang warna putih hingga berada tepat di atas dadanya. Melihat hal tersebut, Ummu Aiman langsung meraih timba tersebut dan meminumnya hingga puas. Lalu sejak saat itu pada musim panas Ummu Aiman berpuasa dengan tujuan agar bisa merasakan haus, namun rasa haus ternyata tida pernah lagi ia rasakan.

Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, diantara orang yang menyambut kedatangan beliau adalah keluarga Ummu Aiman dan kaum Muslimin yang terlebih dahulu hijrah ke Madinah. Kaum muhajiriin bersama-sama dengan para saudara mereka dari kaum Anshar bahu-membahu ikut berpartisipasi dalam pembangunan Masjid Nabawi. Mereka selalu memenuhi panggilan Rasulullah untuk berjihad demi meraih salah satu kebaikan: mendapat kemenangan atau mendapatkan mati syahid. Pada perang Khaibar, Ubaid bin Zaid beserta kaum Muslimin yang lain ikut pergi bersama Rasulullah untuk memerangi kaum Yahudi dan mengusir mereka dari tanah Khaibar, karena mereka telah melakukan pengkhianatan  terhadap kaum Muslimin. Sedangkan Ummu Aiman ikut berperang untuk mengobati para tentara Islam yang terluka dan memberi minum kepada mereka yang kehausan dan mempersipakan makanan bagi para prajurit. Peperangan Khaibar pun berakhir dengan kemenangan di kaum Muslimin.Lalu, Ummu Aiman pergi mencari suaminya, namun beliau tidak menemukannya karena Ubaid termasuk salah satu prajurit yang mendapat syahid pada peperangan tersebut. Dengan kesyahidan suaminya tersebut, Ummu Aiman menjadi janda.

Rasulullah saw turut berbela sungkawa atas musibah yang sedang menimpa Ummu Aiman, beliau pun pergi mengunjunginya untuk menghibur hatinya yang sedang terluka. Tidak hanya sekali, akan tetapi berulang kali dan Ummu Aiman pun tidak mampu untu menyembunyikan kesedihan hatinya. Pada suatu ketika, tatkala Rasulullah saw sedang duduk bersama para sahabat yang mulia, beliau teringat Ummu Aiman, lalu beliau bersabda, ‘Barangsiapa ingin menikah dengan seorang wanita dari penduduk surga, maka nikahilah Ummu Aiman.’

Zaid bin Haritsah yang telah menceraikan istrinya Zainab binti Jahsy, putri bibi Rasulullah saw setelah keduanya tidak mungkin lagi untuk bersatu. Ketika Zaid bin Haritsah mendengar sabda Rasulullah saw tersebut di dalam hatinya langsung muncul tekad untuk mendapatkan kemuliaan menikah dengan Ummu Aiman. Perlu dikatahui Ummu Aiman bukanlah wanita yang memiliki kecantikan, akan tetapi sebaliknya, ia adalah seorang wanita berkulit hitam dan berhidung pesek. Namun didalam dirinya ada dua hal yang sangat menggiurkan setiap orang untuk bisa hidup bersamanya, yaitu namanay, Barakah dan nama julukan kuniahnya yaitu Ummu Aiman. Barakah yaitu berkah, dan Ummu Aiman yaitu ibu orang yang diberkahi.

Lalu menikahlah Ummu Aiman dengan Zaid bin Haritsah dan dikaruniahi anak bernama Usaman. Kemudian pada perang Mu’tah Zaid bin Haritsah menjadi salah satu panglima perangnya, karena pada perang Mu’tah Rasulullah menunjuk tiga panglima perang yaitu yang pertama Zaid bin Haritsah, kedua Ja’far bin Abi Thalib, dan yang ketiga yaitu Abdullah bin Rawahah. Dengan tujuan ketika panglima yang pertama meninggal maka digantika dengan panglima kedua, dan jika panglima kedua meninggal makan digantikan dengan panglima ketiga. Dan pada saat itu semua panglima mendapatkan mati syahid. Dengan begitu Ummu Aiman menjadi janda untuk yang kedua kalinya.

Pada waktu selanjutnya, Aiman -anak pertama dari suami yang pertama- turut serta bersama Rasulullah saw dalam perang Hunain. Pada perang tersebut Aiman mengikuti jejak sang ayah yaitu syahid di medan pertempuran. Dalam menghadapi cobaan yang bertubi-tubi tersebut Ummu Aiman menerima dengan penuh kesabaran atas ketetapan Allah swt. Ummu Aiman mampu tetap tabah dan sabar menghadapi itu semua berkat keimanannya yang tertanam kuat di hati yang tidak pernah goyah sedikitpun , serta kesabaran yang ditanamkan oleh Rasulullah saw di dalam hatinya.

Sumber :
The Power of Women – Muhammad Khairu Tha’mah Halabi
Read More

23 March 2017

Fungsi Pakaian Dalam Islam


Fungsi Pakaian Dalam Islam

Qur’an surat Al-A’raf ayat 26 yang tertera dalam al-Qur’an menjelaskan tentang fungsi pakaian, yaitu untuk menutup aurat, dan sebagai perhiasan. Q.S al-Nahl ayat 81 menjelaskan bahwa fungsi pakaian adalah untuk perlindungan. Sedangkan Q.S. al-Ahzab ayat 59 menjelaskan bahwa fungsi pakaian adalah sebagai identitas kemusliman atau kemuslimahan seseorang. Dari tiga ayat tersebut, ada 4 fungsi yakni

Menutup aurat. Aurat adalah perkataan Arab ‘awrah, yang oleh Al-Tsa’libi dalam kitabnya yang berjudul Fiqh al-lughah dijelaskan bahwa aurat adalah segala sesuatu yang memalukan karena terbukanya, disebut aurat. Sedangkan Ibrahim Anis dalam kitabnya Al-Mu’jaam al-wasith mendefinisikan aurat yaitu setiap yang ditutup manusia, karena benci melihatnya atau karena malu terlihat. Maka segala sesuatu yang membuat orang malu melihatnya dan membukanya didepan orang lain adalah aurat.

Sebagai perhiasan. Fungsi yang kedua ini menunjukkan begitu besar Islam memperhatikan keindahan. Keindahan atau estetika merupakan salah satu fitrah manusia di antara fitrah lainya. Setiap manusia senang kepada keindahan, namun ada yang memenuhi fungsi pertama saja. Yakni yang penting mentup aurat,tetapi ada juga berpakaian harus serasi antara badan, warna kulit, dan bahan pakaiannya, model serta di mana dalam acara apakah pakaian itu dikenakan. Begitu lengkap ajaran islam sebagaimana dalam Q.S.al-Maidah:3, dalam hal pakaian secara rinci dijelaskan sesuai dengan fitrah manusia.

Untuk perlindungan. Pakaian juga berfungsi untuk melindungi kulit dari sengatan matahari, dinginnya cuaca, sehingga suhu badan tetap terjaga. Maka pakaian dapat menjaga kesehatan manusia,tidak mudah terkena penyakit kulit,  iritasi kulit, terjangkitnya virus dsb. Bahkan dalam peperangan sekalipun, pakaian memiliki fungsi yang sangat penting.hal itu terdapat  dalam QS al-Nahl:81.

Sebagai identitas. Untuk membedakan wanita muslimah dan non muslim adalah pakaian yang dikenakan. Jika wanita mukmin mereka akan memakai pakaian muslimah kapan dan dimanapun mereka berada. Adapun ciri-ciri pakaian yang dikenakan bagi setiap  muslim dan muslimah adalah, bagi laki, batasan minimal untuk menutup badannya adalah antara pusar dan lutut, dan bagi perempuan adalah seluruh anggota badan kecuali wajah dan telapak tangan.

Sumber :
Etika & Mode Berpakaian Menurut Syariat Islam - Dr. Abdullah Aly, M.Ag.(salah satu penulis)
Read More

22 March 2017

Bagaimana Seorang Muslimah Menjaga Kehormatan ?

Bagaimana Seorang Muslimah Menjaga Kehormatan ?

1.    Menjauhi pacaran
Apakah ayat Al-Qur’an ada yang menyatakan bahwa pacaran itu diperbolehkan? Jawabannya “Tidak ada”, justru Allah memerintahkan kita untuk menjauhi zina. Nah, kita ngaku beragama Islam tapi masih pacaran, masih aja membela diri dengan beberapa ungkapan, “ Tapi kan pacaran saya bersih, saya gak pernah ada kontak fisik.” Kalau tak ada kontak fisik, terus gimana dengan akalnya? Ada jaminan akalnya tak maksiat? Apakah hatinya tak mikirin si dia?

Ingat ukhti pacaran itu adalah maksiat yang mendekati zina, dan zina adalah salah satu dosa terbesar setelah sirik

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan sesuatu jalan yang buruk.” (Al-Isra’:32)

Banyak wanita zaman sekarang mencari pacar yang shaleh. Nah, emangnya ada? Nyari pacar yang shaleh itu ibarat nyari babi yang halal. Yang namanya babi kan haram, masih aja mau dicari?!
Ada juga beberapa lelaki yang menyangka bahwa pacaran adalah salah satu proses ta’aruf. Waduh itu sih akal-akalan si cowok aja, mau-maunya dimodusin sama cowok. Itu sih namanya ada udang dibalik batu alias ada nafsu di balik kata cinta. Kalau emang bener cinta, ya datengin walinya, bukan nyembunyiin sesuatu dari walinya.

2.    Tidak iri dengan yang pacaran
Pada hakikatnya taat pada Allah akan membawa kita ke surga dan mendekati zina akan membawa kita ke neraka. Kita sebagai mahkluk yang telah Allah berikan akal, sudah semestinya kita tergiur oleh kebahagiaan yang kekal yaitu surga, dan menghindari diri dari kebahagiaan yang menipu, yang justru membawa kita pada kehancuran yang kekal.

Memang, terkadang disaat iman kita lemah, jebakan itu selalu datang. Terkadang ingin mendapatkan kasih sayang dengan lawan jenis seperti orang lain, tapi percayalah itu semua hanya jebakan setan, karena setan akan membuat dunia itu menjadi indah tapi sesungguhnya dalam keindahan itu ada kehancuran. Kita bisa lihat buktinya banyak beredar berita kasus hamil diluar nikah, kasus bunuh diri, kasus pembunuhan, dan serentetan kasus lain, yang berasal dari sesuatu yang dianggap indah dan penuh cinta, yaitu pacaran.



3.    Tidak tebar pesona
Tebar pesona adalah sebuah tindakan yang bertujuan untuk memperlihatkan sesuatu kebaggan diri agar orang lain tertarik pada kita, dan biasanya ini dilakukan antar lawan jenis agar seseorang jatuh hati. Dalam Islam ini adalah satu unsur ujub (berbangga diri) dan perbuatan dosa.
Untuk itu kita harus ketahui tebar pesona dalam hubungan lawan jenis adalah tindakan yang mendekatkan diri dari dosa, yang bisa dilihat dari niat dan tindakannya. Dari niat, tebar pesona antar lawan jenis biasanya dilakukan untuk modus supaya si dia tertarik pada kita, dan jelas dari niatnya juga sudah salah, yaitu mendekati zina. Dan tindakannya pun salah, yaitu mengandung unsur ujub (membanggakan diri) dengan tujuan yang salah pula

Allah saw berfirman, “ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik, dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula. (QS. An-Nur:26)

Nah, kesimpulannya, kalau kita menyukai seseorang dan berharap untuk menikah dengannya, tidak usah tebar pesona, cukup memperbaiki dan menjaga diri. Jika nantinya kita tidak berjodoh denganya, berarti Allah sudah siapkan dengan jodoh yang lebih baik.

Yang baik untuk yang baik dan yang buruk untuk yang buruk, adil kan? Masa sih gak yakin sama janji Allah?

Tapi apabila kamu sudah siap menikah, segerakanlah!

4.    Menjaga pandangan
Sudah diketahui bahwa dosa yang dihasilkan paling banyak adalah melalui mulut. Namun, ketahuilah bahwa mulut tidak akan berbicara ketika mata tidak memulai untuk memancingnya.
Dari diri seorang muslimah, satu pokok pembicaraan dapat menjadi ribuan cabang pembicaraan. Namun, ketika satu pasang mata melihat, akan ada ribuan pokok pembicaraan yang dapat muncul.
Semisal kita melihat orang gendut lewat, maka dalam hati kita pasti keluar, orang nya gendut banget ya, ini orang pasti makannya banyak, ini orang sehari makan berapa kali ya, dan sebagainya. Tentu ini sudah menjadi penyakit hati, dan ketika dilontarkan melalui mulut maka bisa menyebabkab tersakitinya perasaan orang itu. Astaghfirullah.

Para ulama menyatakan, Nabi saw memulai dengan menyebutkan zina mata, karena zina mata adalah asal usul terjadinya zina tangan, lisan, kaki, kemaluan.
Oleh karenanya, hendaklah kita menundukkan pandangan sekuat tenaga agar tidak bercabang-cabang dosa dan penyakit hati yang dihasilkan.

Sumber: Buku Kun Anta oleh @NegeriAkhrat dengan sedikit perubahan
Read More

21 March 2017

Bimbang Dan Ragu Adalah Sifat Khas Bani Israil


Bimbang Ragu Sifat Bani Israil
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah: 21 yang isinya menjelaskan bahwa Allah kembali mengajukan pertanyaan tentang berapa banyak  tanda kebenaran yang telah Allah tampakkan. Ini merupakan suatu hal yang wajar, sebab persoalannya di sini terdapat peringatan tentang sifat khas mereka, yakni selalu bimbang dan ragu serta menolak menyambut seruan Allah. Mereka bersikap  memberontak dan menolak masuk dalam kedamaian (Islam) secara total, bersikap sinis dan banyak bertanya, lalu tenggelam dalam pembangkangan dan kebandelan.

Itulah jalan yang licin yang menggelincirkan. Oleh karenanya kaum muslimin diperingatkan Allah. Ini dimaksudkan agar kaum muslimin selamat dari akibat yang pernah dialami oleh Bani Israil.
Pertanyaan di sini, boleh jadi tidak terbatas hanya pada hakikat pertanyaan itu saja. Namun lebih merupakan salah satu metode penjelasan yang diperbolehkan Al- Qur’an guna mengingatkan banyaknya ayat-ayat yang telah didatangkan Allah kepada bani Israil dan hal-hal di luar kebiasaan yang berlaku untuk mereka,baik itu atas permintaan mereka maupun yang datang dari sisi Allah karena adanya suatu hikmah yang bakal datang.

Akan tetapi, kendatipun sudah demikian banyak  hal-hal yang luar biasa yang terjadi pada mereka,  toh tetap saja mereka ragu dan dan bimbang, membandel dan menolak masuk dalam kedamaian Islam yang berpayungkan iman. Lalu, disampaikanlah akibat yang bersifat umum yang pasti akan mereka alami. “ Dan barang siapa mengganti nikmat Allah sesudah itu datang kepadanya, maka sesungguhnya Allah maha keras siksanya”. Nikmat Allah yang diisyaratkan di dalam ayat ini adalah nikmat Islam dan iman. Keduanya identik.

Peringatan yang dialamatkan kepada mereka yang menggantikannya, pertama-tama pembuktiannya dapat dijumpai dalam hal ikhwal bani Israil, dan terhijabnya mereka memperoleh kedamaian, ketentraman, dan kepastian begitu mereka mengganti nikmat Allah terebut dengan kekufuran dan penolakan beserah diri di bawah petunjuk Allah.

Mereka senantiasa bimbang dan ragu, dan menuntut bukti-bukti yang ada di luar kebiasaan kapan dan dimanapun.Setelah diberikan bukti, toh mereka tetap tidak mau beriman kepada mukjizat tersebut dan tak pernah merasa puas dengan nur maupun hidayah Allah. Padahal, ancaman dengan siksaan Allah yang amat keras dapat ditemukan bukti kebenarannya. Pertama, dalam ikhwal bani Israil pula, dan selanjutya pada diri setiap orang yang mengganti nikmat Allah dan tetap berlaku ragu. Hal ini ada disepanjang sejarah umat manusia.

Manakala suatu umat mengganti nikmat Allah dengan kekufuran, maka sudah pasti mereka akan ditimpaakan siksa yang pedih dalam kehidupan mereka dimuka bumi sebelum ditimpakan siksa yang berat di akhirat.

Tengoklah orang-orang yang ditimpa penderitaan seperti itu yang ada di antero jagat raya ini. Mereka gelisah, bimbang, saling terkam, saling usir, dan saling bunuh. Ini adalah suatu kondisi yang diciptakan oleh orang-orang yang berafdab yang kadang tenggemam ditempat minuman keras dan night club, bar-bar diskotik. Terkadang mereka juga memperlihatkan gerak kebingungannya yang memberi kesan kepada kita bahwa sebenarnya merek ingin membebaskan diri dari berbagai malapetaka yang mengungkungnya.

Itu dapat dilihat dari penampilan mereka yang berada pada lingkungan demikian ganjil, seperti sikap sombong, menantang, dan sikap-sikap lain yang lebih mirip binatang sampai dengan “dasi yang melilit “ leher mereka, lagu-lagu yang merangsang, pesta pora, lirik-lirikan maksiat, dan pergaulan eksklusif. Detik ini duduk-duduk dengan istri,dan detik berikutnya tenggelam di tempat pelacuran, berikutnya lagi memberikan dana sosial, tapi tak lama kemudian melakukan kejahatan besar,  yakni memanipulasi dan korupsi. Semua ini memaparkan sikap kebingungan pada jiwa mereka karena kosong dari iman.

Sesungguhnya keimanan yang kuat adalah nikmat Allah yang diberikan kepada hambanya. Bila seseorang mengganti kenikmatan itu, dengan kekufuran, maka Allah pasti menimpakan azabnya seperti yang dipaparkan di atas. Karena itu, mari kita berlindung kepada Allah dari sikap khas Bani Israil yang selalu ragu dan enggan masuk kedalam Islam secara total.

Sumber :
Seimbanglah Dalam Beragama - Marwan Al Qadiry
Read More

20 March 2017

Islam Mengajarkan Untuk Menjaga lisan

Islam Mengajarkan Untuk Menjaga lisan

“Kebanyakan wanita meletakkan tangannya dimulutnya ketika ia sedang menangis dan lelaki akan meletakkan tangannya di matanya ketika ia sedang menangis, seolah-olah mereka mengetahui dari mana banyak terhasilnya dosa.” (Dr. Khalid Abd. Aziz Muhammad Al Jubair)

Ya, manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Setidaknya dengan menangis, Allah SWT sudah memberi isyarat kepada kita dari mana terhasilnya dosa yang paling banyak. Dari mata dan mulut saja sudah banyak dosa yang dihasilkan, belum lagi telinga, tangan, kaki, dan penyakit hati yang tak tampak. Astaghfirullah.

“Dan tidakkah nanti seseorang akan di seret ke neraka dengan wajah-wajah mereka (ditanah), terkecuali itu karena ulah lidah-lidah mereka.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim)

Rasulullah saw bersabda: “Sungguh  seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang diridhai Allah swt, ia tidak peduli ucapannya, maka Allah mengangkat karenanya beberapa derajat. Dan sungguh, seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang dibenci Allah, ia tidak memedulikannya, maka Allah swt melemparkannya ke api neraka karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka dari itu lebih baik diam dari pada membicarakan sesuatu yang tidak penting. Nabi saw bersabda: “Diam adalah bentuk ibadah yang paling tinggi.” (HR. Dailami, dari Abu Hurairah)

Imam Syafi’i pernah mengatakan: “Jagalah lisanmu! Jangan pernah menyebut kekurangan seseorang karena kamu pun mempunyai kekurangan dan orang lain mempunyai lisan. Jagalah matamu! Jika terlihat olehmu aib suatu kaum, katakanlah ‘hai mataku orang lain pun mempunyai mata’ “
Lantas apa sih perkara yang harus kita hindari berkenaan dengan menjaga lisan?

1.    Berbohong
Rasulullah saw bersabda: “Seorang mukmin jatuh pada kesalahan atau kebiasaan apa pun, kecuali khianat dan kebohongan.” (HR. Ahmad, Baihaqi, dan Syuabal Iman)

Adapun bolehnya  kita berbohong, yaitu sebagai berikut:
  1. Mendamaikan dua pihak yang berselisih
  2. Berbohong dalam strategi perang
  3. Memperbaiki hubungan antara suami istri (rumah tangga)
“Seorang yang berkata (bohong) unuk mendamaikan (dua orang yang berseteru), seorang yang mengucapkan kata-kata (bohong terhadap musuhnya) dalam peperangan, dan (kebohongan) suami terhadap istrinya (saat suami memuji istrinya) dan istri (memuji) terhadap suaminya.” (HR. Ahmad)

2.    Mencela
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil (orang) dengan gelar yang mengandung ejekan.” (QS. Al-Hujurat:11)

Berkenaan dengan dosa mencela, Rasulullah saw pernah mengingatkan Aisyah saat mengejek fisik Shafiyyah karena kecemburuannya. Nabi saw menegur Aisyah dengan berkata: “Sungguh engkau telah mengatakan satu kalimat, yang andaikan kalimat itu dicampur ke lautan maka ia akan mengubahnya.” (HR. Abu Dawud)

3.    Adu Domba (Namimah)
Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat, “Maukah kuberitahukan kepada kalian orang yang paling buruk? Para sahabat menjawab, “Tentu” Nabi saw bersabda, “Orang yang berbuat namimah, yang merusak hubungan orang yang saling mencintai.” (HR. Bukhari)

Perihal balasan bagi pelaku namimah, sunguh amatlah besar.

Diriwayatkan bahwa  rasulullah saw pernah melintasi kuburan lalu menjelaskan bahwa dua orang penghuni kubur itu sedang disiksa di alam kubur.

“Sesungguhnya keduanya tengah diazab. Keduanya tidak diazab karena dosa besar. Adapun salah seorang diantaranya adalah karena dia tidak membersihkan diri dari kencing, sedang yang lainnya adalah karena suka menyebarluaskan adu domba.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4.    Ghibah
“Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?” Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Kemudian beliau bersabda: “Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sasuatu yang dia benci.” Ada yang bertanya. “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau yang kami katakan itu betul-betul ada pada dirinya?” Beliau menjawab: “Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jiika apa yang kalian tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan suatu kedustaan).” (HR. Muslim).

Ghibah adalah perbuatan tercela yang dosanya amat besar, karena telah melanggar kehormatan sesama muslim.

Rasulullah saw: “Sesungguhnya dosa yang paling besar adalah jika seseorang melanggar kehormatan seorang muslim tanpa alasan yang dibenarkan (syariat).” (HR. Abu Dawud)

Sumber:
Kun Anta - @NegeriAkhirat
Read More

Keutamaan Shalat Dari Sisi Kesehatan



Keutamaan Shalat Dari Sisi Kesehatan

Sebagai Muslim kita wajib untuk melaksanakan shalat minimal 5 kali dengan 17 rakaat setiap hari. Shalat sendiri mempunyai banyak keutamaan. Misalnya, dengan shalat dapat memberikan ketenangan bagi jiwa kita. Adanya pahala kebaikan yang dapat kita peroleh, dan sebaliknya, kita akan berdosa jika meninggalkannya. Untuk Artikel kali ini akan lebih membahas terkait keutamaan shalat dari sisi kesehatan. Jadi kita perlu tahu jika shalat juga dapat memberikan dampak positif bagi tubuh kita, sehingga membantu dalam menjaga kesehatan.

Manfaat Shalat Bagi Kesehatan


1.    Membuat awet muda
Semua gerakan shalat yang kita lakukan pada dasarnya bertujan meremajakan anggota badan. Bila badan kita lentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi. Misalnya, gerakan salam. Gerakan ini memiliki pengaruh besar pada kekencangan kulit saat kita menengok ke kanan dan ke kiri. Selain itu, gerakan ini juga bisa menghindarkan kita dari serangan migrain dan sakit kepala lainnya.

2.    Memudahkan persalinan
Saat posisi sujud, saat pinggul dan pingang terangkat melampaui kepala dan dada, otot-otot perut (rectus abdominis dan obliquus abdominis externus) berkontraksi penuh. Berkontraksi penuh. Posisi sujud bisa melatih organ disekitar perut  untuk mengejan lebih dalam dan lama. Hal ini sangat bermanfaat bagi wanita karena saat persalinan diperlukan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang cukup. Jika otot perut sudah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, ia akan lebih elastis secara alami

3.    Memperbaiki kesuburan
Saat posisi kita dalam sikap duduk (duduk iftirosy (tahiyyat awal) dan duduk tawarruk {tahiyyat akhir}), otot-otot daerah perineum ikut berkontraksi. Inilah daerah terlindung bagi wanita karena terdapat tiga lubang, lubang persenggamaan, dubur, dan saluran kemih.
Ketika duduk tawarruk, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Sedangkan, punggung kaki harus menekan daerah perineum. Sedangkan, punggung kaki harus diposisikan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Di kondisi seperti ini, tumit kaki kiri akan memijat dan menekan daerah perineum. Hal ini akan memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum.

4.    Memacu kecerdasan

Ketika sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan darah mengalir secara maksimal ke otak. Denga itu otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang bisa memacu kerja sel-selnya. Ini artinya, sujud secara tumakninah dan kontinyu bisa memacu kecerdasan.

Sumber: buku Kun Anta karya @NegeriAkhirat
Read More

18 March 2017

Keutamaan Malu Dan Celakanya Orang Yang Sombong

Keutamaan Malu Dan Celakanya Orang Yang Sombong

Malu yang dimaksud disini bukanlah ketidakpercayaan pada diri sendiri. Misalnya seperti malu ketika akan tampil di depan orang banyak. Malu ketika ingin bertanya di dalam kelas. Malu yang dimaksud disini merupakan sikap yang mulia, yang perlu dimiliki oleh setiap muslim.

Dan juga mengenai sikap sombong yang mungkin kita juga masih salah dalam memaknainya selama ini. Mungkin kita masih berfikiran bahwa sombong merupakan perbuatan untuk terlihat baik di mata orang lain. Sombong yang dimasksud disini adalah perbuatan yang sangat tercela, bahkan mengarah ke pada kekufuran.

Berikut terdapat hadits – hadits berkaitan dengan kemuliaan rasa malu dan keburukan dari sikap sombong


Dari Ibnu Umar ra, ia berkata: “Raslulllah saw melewati seorang Anshar yang sedang memberi nasihat kepada saudaranya karena pemalu, lalu beliau saw bersabda: “Biarkan ia pemalu! Sesungguhnya malu itu sebgaian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Imran bin Hushain ra, ia berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Perasaan malu selalu mendatangkan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari riwayat Muslim dikatakan: “Setiap persaan malu mengandung kebaikan.”

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Cabang iman ada enam puluh lebih, atau tujuh puluh lebih, yang paling utama adalah ucapan: LAA ILAAHA ILLALLAAH (Tidak ada Tuhan selain Allah), dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Sedangkan malu adalah bagian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra, ia berkata: Rasulullah saw sangat pamalu, melebihi seorang gadis yang dipingit. Ketika melihat sesuatu yang tidak beliau sukai, kami dapat mengetahui melalui raut wajahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Para ulama  berpendapat: “Hakikat malu adalah budi pekerti yang mengajak agar meninggalkan kejelekkan dan mencegah dari mengurangi hak orang lain.”

Dalam riwayat Abul Qasim Al Junaid ra, ia berkata: “Malu adalah memandang kebaikan dan melihat kekurangan diri sendiri. Dari kedua pandangan itu, lahirlah perasaan yang dinamakan malu.”

Allah ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong.” (Al-Israa”: 37)
Allah Ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombonng lagi membanggakan diri.” (Luqman:18)

Dari Abdullah bin Mas’ud ra, dari Nabi saw, beliau bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong, walaupun hanya sebesar atom. “Ada seorang laki-laki berkata: “Sesungguhnya seseorang itu suka berpakaian yang bagus-bagus dan sandal yang bagus pula.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah, suka pada keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia.” (HR.Muslim)

Dari Salamah bin Al-Akwa’ ra, ia berkata: “Ada seorang laki-laki makan dihadapan Rasulullah saw dengan menggunakan tangan kirinya, kemudian beliau bersabda: “Makanlah dengan menggunakan tangan kanannmu!” Laki-laki itu menjawab: “Saya tidak bisa.” Beliau bersabda lagi: “Kamu tidak bisa, karena kesombonganmu.” Salamah berkata: “Kemudian laki-laki itu, tidak bisa mengangkat tangannya kemulut.” (HR. Muslim)

Dari Haritsah bin Wahb ra, ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Maukah kalian aku beritahu tentang penghuni neraka? Yaitu setiap orang yang berlaku kejam, rakus, dan sombong.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat. (Ingatlah)! Ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu banggga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” Dan carilah pada apa yang telah dianugerah Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Ta’ala berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berbuat kerusakan.

Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta, karena aku mempunyai ilmu.” Dan apakah ia tidak mengetahui, sesungguhnya Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya, yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya.

Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: Mudah-mudahan kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar- benar mempunyai keberuntungan yang besar.”

Berkatalah orang-orang yang telah dianugerahi ilmu: “Kecelakaan besar yang akan menimpamu. Padahal Allah itu adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali orang-orang yang sabar.” Maka Kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada satu golonganpun yang menolongnya dari azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (Al-Qashash: 76-81)

Dari hadits – hadits tersebut dapat kita ambil sebagai pelajaran bahwa malu adalah perbuatan untuk meninggalkan kejelekkan. Mari kita tumbuhkan rasa malu pada diri kita, menjadi orang yang segan ketika akan melakukan kemaksiatan.

Dan dengan kita mengetahui apa itu sombong, semoga kita sebagai muslim harus menghindari sikap tersebut. Sikap menolak kebenaran merupakan tanda bahwa hati seseorang itu sedang sakit atau bahkan yang terburuk adalah hati itu sudah mati. Sehingga sombong akan mengarahkan kita kepada kekufuran. Semoga kita dijauhkan oleh Allah dari sikap sombong.
Semoga artikel ini bermanfaat. Tetap istiqomah dalam belajar Islam.

Sumber:
Riyadhus Shalihin - Imam Nawawi
Read More